PANGKALPINANG, LASPELA-Pada bulan Februari 2019, Bangka Belitung tercatat mengalami deflasi sebesar 0,61% (mtm) atau secara tahunan sebesar 3,29% (yoy).
Inflasi pada bulan Februari 2019 ini didorong oleh beberapa komoditas bahan makanan, sedangkan tarif angkutan udara masih memberikan sumbangan inflasi. “Deflasi bulan Februari 2019 masih sesuai dengan pola historisnya yang juga dalam tren normalisasi beberapa bahan pangan.”, ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Prov. Kep. Bangka Belitung, Tantan Heroika.
Secara spasial, kedua kota sampel mengalami deflasi dengan Kota Tanjungpandan yang mengalami deflasi terendah. Deflasi Kota Tanjungpandan tercatat sebesar 0,82% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 2,98% (yoy).
Sementara itu, deflasi Kota Pangkalpinang tercatat sebesar 0,48% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 3,46% (yoy). Deflasi yang terjadi pada bulan Februari 2019 ini didorong oleh deflasi dari kelompok bahan makanan sebesar 3,25% (mtm) sehingga memberikan andil 0,89%.
Deflasi dari kelompok bahan makanan ini disebabkan oleh penurunan harga terutama dari sub kelompok ikan segar yang mengalami deflasi sebesar 7,21% (mtm), menurun dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 7,11% (mtm) dengan komoditas ikan kerisi yang memberikan andil deflasi terbesar sebesar 0,17%.
Selain itu, deflasi bahan makanan juga disumbangkan oleh beberapa komoditas diantaranya daging ayam ras, cabai dan sayuran. Menurunnya inflasi bulanan dari sejumlah komoditas bahan makanan ini seiring dengan normalisasi permintaan pasca peak season di bulan Desember dan Januari.
Secara tahunan tekanan inflasi di Prov. Kep. Bangka Belitung disebabkan oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dengan andil inflasi tahunan sebesar 1,45% yang bersumber dari tarif angkutan udara yang memberikan andil sebesar 1,64%.
Terjadinya inflasi angkutan udara secara tahunan ini ditengarai disebabkan adanya perubahan strategi bisnis dari seluruh level maskapai penerbangan yang menyebabkan perubahan struktur biaya dan tarif angkutan udara. Selain itu, adanya kenaikan airport tax juga memberikan dampak terhadap kenaikan inflasi angkutan udara.
Sesuai dengan historisnya, pada bulan Maret diperkirakan akan mengalami inflasi dengan angka yang cukup terkendali, sementara itu target inflasi tahun 2019 diperkirakan masih pada rentang 2,5% – 4,5% (yoy).
Untuk mencapai sasaran inflasi yang sudah ditargetkan tersebut, perlu penguatan koordinasi dalam pengendalian inflasi angkutan udara. Selain itu, penguatan produktivitas dan cadangan stok lokal juga perlu di perkuat untuk menjaga stabilitas inflasi komoditas pertanian dan hasil laut.
Tekanan inflasi dari angkutan udara pada tahun 2019 ini perlu kita waspadai bersama, mengingat tarif angkutan udara sudah mengalami kenaikan sejak akhir tahun 2018. Untuk mempertajam efektifitas upaya pengendalian inflasi angkutan udara perlu dilakukan sinergi dengan Tim Pengendalian Inflasi Nasional beserta instansi terkait di tingkat Nasional. Selain itu, untuk meningkatkan efisiensi persaingan antar maskapai juga dapat diformulasikan kebijakan/program agar maskapai yang beroperasi di Bangka Belitung semakin banyak dan persaingan harga menjadi lebih sempurna.
Di lain pihak, dalam rangka penguatan produktifitas lokal perlu dilakukan penerapan best practice teknologi/teknik pertanian terbaik. Beberapa diantaranya yang dapat dilakukan adalah penerapan pertanian terintegrasi dan inovasi teknologi pertanian yang meningkatkan produksi khususnya dengan berbagai pendekatan total organik seperti teknologi organik MA 11.
Selain itu, untuk menjaga ketahanan cadangan pangan lokal perlu adanya sinergi antara pihak swasta/pengusaha dan Pemerintah dalam pemanfaatan gudang pangan dan cold storage .
Dari sisi kelembagaan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah perlu segera menyepakati penyusunan Program Pengendalian Inflasi Daerah yang terstruktur, terukur dan efektif serta mengacu pada Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah terkini./rill
.