Pariwisata Jantung Ekonomi Kita

Oleh: Agus Ismunarno
WKU KADIN Babel/WKU GIPI Babel/Wartawan Utama

PARIWISATA menjadi program utama dan menjadi jantung yang mengalirkan uang tunai serta kontan kepada bangsa Indonesia, khususnya Kepulauan Bangka Belitung.

Jantung ekonomi bernama pariwisata itu bisa memompakan darah ekonomi ke negeri kita manakala ada political will, komitmen dan keberanian.

Itulah benang merah diskusi menjelang Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Pertama Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dengan pengarah Ketua Umum DPP GIPI, Didien Junaedy dan Ketua Umum GIPI Kepulauan Babel, Djohan Riduan Hasan di Renz Hotel, Selasa (22/1-2019).

“Saya tertarik pada pariwisata. Kenapa saya tertarik, karena pariwisata memberi kita uang tunai. Pariwisata akan menjadi jantung perekonomian Indonesia,” tandas Presiden Jokowi pada awal kepemimpinannya sebagaimana diungkapkan kembali oleh Didien Junaedy.

Didien kembali mengutip pernyataan Jokowi, “Apa yang menjadi kendala sehingga Indonesia dibawah Singapore, Thailand dan Malaysia?”

Begitu menteri dan pakar serta praktisi pariwisata mengatakan kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK), Jokowi pun berani membuat terobosan BVK menjadi 45 negara, lalu bertambah menjadi 90 dan kini menjadi 169 negara.

Selama 6 presiden sebelumnya hanya 15 negara BVK.

“Political will, komitmen dan keberanian yang terukur. Itulah kata kunci Presiden Jokowi yang kini memprioritaskan pariwsata untuk menggairahkan investasi pariwisata dan mendongkrak ekonomi Indonesia,” tandas Didien yang lebih dari 50 tahun bergelut dan menjadi praktisi pariwisata Indonesia.

Tidak itu saja. Respek Presiden Joko Widodo pada pariwisata Indonesia ditunjukkan dengana prioritas “sepuluh destinasi baru”, yang dipopulerkan dengan istilah “10 Bali Baru”. Tanjung Kelayang, Belitung menjadi satu dari 10 Bali Baru yang menjadi satu bukti keseriusan duet Jokowi-JK dalam menciptakan strategi meraup devisa dengan cara cepat dan mudah.

Luar biasa memang. Pariwisata dimasukkan dalam program utama, program prioritas, selain infrastruktur, pangan, energi dan maritim.

Program Penetapan 100 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata juga mengartikulasikan strategi ekonomi Jokowi terhadap sektor Pariwisata.

Di Babel, selain KEK Tanjung Kelayang yang telah ditetapkan lebih dulu, kini sedang diperjuangkan dua KEK di Bangka yaitu KEK Pariwisata Sungailiat Bangka dan KEK Pariwisata Tanjung Gunung, Bangka Tengah.

Ketua Umum GIPI Babel, Djohan Riduan Hasan mengibaratkan KEK Pariwisata itu bagaikan gelombang yang berdaya dan berdampak besar sektor pariwisata.

“KEK itu bagaikan gelombang yang berdaya ungkit ekonomi yang jelas. Tanpa KEK, pariwisata itu hanya seperti riak-riak kecil yang tak berdampak bahkan tak terasa,” kata Djohan Riduan Hasan.

Dalam kalkulasi ekonomi bisnis Djohan Riduan Hasan setuju dengan kalkulasi Presiden Jokowi, Menteri Pariwisata maupun para senior GIPI.

“Kita bisa membandingkan dengan sektor Pertambangan dan Perkebunan Sawit yang istilahnya kita siapkan dengan golok dan berdarah-darah, hasilnya tidak seberapa,” kata Djohan.

Djohan mengungkapkan luar biasanya pariwisata sebagaimana Bali, Thailand.

“Pariwisata yang disiapkan oleh Thailand dengan senyam senyum dan tidak menggunakan golok, hasilnya berlipat-lipat dari pada pertambangan dan pertanian. Presiden Jokowi tepat mengangkat pariwisata menjadi prioritas utama penghasil devisa,” simpul Djohan Riduan Hasan.

Wisata Berkobar
Kini, pariwisata nasional dan daerah berkobar. Investor pun semakin percaya akan masa depan pariwisata Indonesia dan daerah.

Deregulasi yang cepat dan serius jelas terasakan. Bahkan sektor pariwisata diyakini bakal menjadi pemasok devisa terbesar.

Itulah CEO commitment, terminologi Menteri Pariwisata Arief Yahya; mulai dari Walikota, Bupati, Gubernur, Menteri dan Presiden.

Jokowi tercatat sebagai presiden yang sering meninjau sendiri obyek wisata, meningkatkan anggaran promosi, menggelar rapat terbatas bidang pariwisata yang menghadirkan pelaku usaha, wapres, menko hingga menteri terkait.

Di akhir tahun 31 Desember 2015, Presiden Jokowi menghabiskan malam tahun baru di Raja Ampat, Papua, yang merupakan nomor satunya wisata bahari bawah laut.

Presiden Jokowi juga meninjau Komodo di Labuan Bajo, Danau Toba di Sumatera Utara, Belitung di Babel, Tanjung Lesung di Banten, sampai ke Borobudur di Jawa Tengah.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Didien Junaedy memberi apresiasi pada Presiden Jokowi.

“Pariwisata Indonesia sudah berjalan di rel yang benar. Wisatawan mancanegara dari tahun ke tahun meningkat dan akan ditingkatkan menjadi 20 juta wisman. Devisa juga akan ditingkatkan menjadi 20 miliar dollar AS. Jumlah rakyat yang bekerja 3 juta, akan ditingkatkan menjadi 7 juta,” kata Didien.

Didien punya hitung-hitungan. Pariwisata merupakan sektor yang paling cepat ciptakan lapangan kerja. Cost-nya hanya 3.000 dollar AS per job. Sektor lain butuh 50.000 dollar AS.

Keunggulan pariwisata Indonesia, kata Didien, menjadikan Indonesia memiliki pertumbuhan 7,2 persen per tahun.

Angka ini sudah jauh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan pariwisata dunia yang mencatatkan angka 4,7 persen.

Dengan jumlah turis dunia yang mencapai 1,3 miliar orang, maka masih ada potensi untuk meningkatkan pertumbuhan kunjungan wisata termasuk Kepulauan Bangka Belitung. (*)