PANGKALPINANG, LASPELA – Hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha di Bangka Belitung (Babel) laiknya harus terjalin baik. Seperti dialog interaktif antara Ketua PHRI Babel Bambang Patijaya (BPJ) dan Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bangka Belitung, Darusman Aswan.
Bambang Patijaya menuturkan bahwa dalam pertemuan dengan SPSI Babel adalah mencari suatu frekuensi yang sama di dalam harmonisasi hubungan antara pekerja dan pengusaha.
“Pertemuan tadi itu maksudnya baik, sehingga dimasa yang akan datang dapat dicari suatu formula penyelesaian untuk permasalahan-permasalahan menyangkut hubungan industrial di Babel,” ujarnya kala diwawancarai di Pangkalpinang, Senin (14/1/2019) sore.
Pria yang kerap disapa BPJ itu menuturkan sebuah komunikasi hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha di Babel pada umumnya harus ditingkatkan, sehingga diperlukan sinergitas antara pekerja dan pengusaha.
“Maka hubungan dan komunikasi yang baik itu bisa tercipta antara pekerja dan pengusaha itu terpenuhi. Perusahaan juga dapat bekerja dengan maksimal agar hasil yang diinginkannya dapat tercapai,” imbuh dia.
Sementara itu Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Babel, Darusman Aswan menilai secara keseluruhan Bangka Belitung ditopang oleh suasana karakter masyarakat Babel yang kompromis.
“Saya anggap karakteristik masyarakat di Babel ini kompromis, sehingga enggak begitu heboh. Karakter masyarakat Babel mengendepankan kompromi, jadi hal itu tidak nampak,” jelasnya.
Namun, kalau dikaji lebih detail lagi banyak hal-hal industri yang harus diperbaiki, terutama soal regulator-nya. Pemerintah membina tenaga kerja harus melakukan sosialisasi menerus, mengawasi menerus dan tidak dibiarkan orang konflik.
Sementara berkaitan dengan sinergitas antara pekerja dan pengusaha Darusman Aswan pikir itu sudah ada di dalam LKS Tripartit, dengan memandang pentingnya keberadaan LKS Tripartit ini.
“Semangat saya dari dulu, dan saya berharap pengusaha dan pekerja itu sinergi sebab saling membutuhkan. Artinya bagaimana mensinergikannya, kan ada regulasi. Kalaupun regulasi dianggap berat oleh pengusaha, kita bisa duduk bareng saling berunding dan diskusi,” bebernya.(Tim/*)