PUDING BESAR, LASPELA – Matahari (45) memanfaatkan salah satu bahan asli dari alam yakni lidi pohon kelapa untuk membuat kerajinan tangan di kediamannya di Dusun Sungai Dua, Kota Waringin, Puding Besar, Kabupaten Bangka, Babel.
Siapa sangka hasil tangan miliknya itu bernilai ekonomi UMKM, lantaran bisa menghasilkan kerajinan tangan seperti piring lidi dan miniatur lainnya dari bahan recycle.
Ia menceritakan menggeluti kerajinan tangan sejak 2008, untuk pembuatan satu piring lidi kecil itu waktunya sekira satu jam, piring lidi besar dan bertingkat memakan waktu satu hari. Piring ini bisa bertahan 3 hingga 4 tahun, dan bahannya dari jenis lidi basah.
Matahari juga mengaku berkat kerajinan tangan piring lidi, dirinya bisa pergi ke Ibukota.
“Alhamdulillah berkat piring lidi ini saya bisa jalan-jalan ke Jakarta melalui dinas sosial provinsi. Di sana Kube (Kelompok Usaha Bersama) kita yakni ‘Nyiur Bersemi’ dapat penghargaan dari Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial RI,” ujarnya diwawancarai di Sungai Dua, Bangka, Jumat (11/1/2019).
Penghargaan itu dianggap berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2018, semoga penghargaan ini menjadi dorongan untuk meningkatkan prestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
“Kerajinan tangan ini pernah juga dilombakan di Jakarta, tetapi kita dapat juara tiga namun tetap semangat agar dilain waktu bisa meraih juara satu dari Babel,” kata Matahari optimis.
Sedangkan untuk pemesanan ia menyebutkan rata-rata yang pesan untuk acara perhotelan, nikahan, dan catering. Selain itu, pernah juga dipesan di luar daerah seperti Jawa, Jakarta, Palembang, dan Jambi.
Menyoal harga grosir satu piring dibanderol Rp6 ribu dan pemesanan bisa menghubungi nomor 081377724032 atas nama Matahari.
Namun, sejatinya perempuan kelahiran 1974 tersebut mengeluhkan soal pemasaran produk akan kerajinan tangan miliknya.
Melihat kondisi ini Ketua BPD PHRI Bambang Patijaya (BPJ) mengemukakan kedatangan dirinya kali ini dalam rangka berkunjung ke Sentra Kerajinan Tangan Nyiur Bersemi milik Matahari.
“Tadi kita berdiskusi dan saya beri masukan-masukan, bagaimana agar lebih maksimal dalam berusaha. Keluhan mereka rata-rata kesulitan pemasaran, dan kesempatan untuk sering tampil di event nasional,” ucapnya.
Ia menyampaikan kelompok usaha bersama ini sudah dibina Dinas Sosial dan Disperindag. Jadi untuk mengatasi pemasaran, pertama mereka harus memperluas networking (jaringan) dengan sering mengikuti pameran kerajinan tangan.
Dalam hal ini Bambang Patijaya berharap Kube Nyiur Bersemi difasilitasi, sehingga bisa membuka akses dalam memasarkan produknya.
“Kedua, saya anjurkan mereka memasarkan produk menggunakan teknologi informatika seperti internet, media sosial (forum jual beli, dsb), media daring (online, e-commerce, dsb),” imbuh BPJ panggilan akrabnya.
Menurutnya boleh saja tempat usaha mereka di kampung, tetapi harus bisa memasarkan produk UMKM secara nasional dan internasional. Keunggulan ini bisa ditawarkan, sebab mereka kreatif bisa bikin kerajinan tangan dengan basis berbahan dasar lidi pohon kelapa.
“Hasilnya pun bagus, rapi, dan harga bersaing. Jadi saya dorong mereka bagaimana cara memasarkan produk kerajinan tangan UMKM dengan cara perluas jaringan dan gunakan teknologi berbasis informatika,” tutup Bambang Patijaya.(Tim/*)