Tekanan Inflasi Ikan Mereda, Pergerakan Tarif Angkutan Udara Perlu Dikawal

PANGKALPINANG, LASPELA– Bangka Belitung tercatat Pada bulan Desember 2018, mengalami deflasi sebesar 0,14% (mtm) yang didorong oleh adanya deflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,08% (mtm). Tekanan inflasi muncul dari kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami inflasi 2,54% (mtm).

“Capaian inflasi pada bulan November cukup menggembirakan, hal ini meningkatkan confidence level pencapaian target inflasi 2018”, ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kep. Bangka Belitung, Tantan Heroika.

Secara tahunan inflasi November 2018 di Bangka Belitung tercatat sebesar 3,07% (yoy) menurun dibanding inflasi Oktober 2018 sebesar 3,39% (yoy), dan berada dibawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,23% (yoy).

Secara tahun kalender Bangka Belitung tercatat inflasi 1,65% (ytd).

Secara spasial, Kota Pangkalpinang mengalami deflasi yang sebesar 0,01% (mtm), meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,34% (mtm). Inflasi tahunan Kota Pangkalpinang sebesar 2,89% (yoy).

Sementara itu Kota Tanjungpandan tercatat deflasi sebesar 0,38% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya tercatat inflasi 0,60%. Inflasi tahunan Kota Tanjungpandan sebesar 3,39% (yoy).

Deflasi yang terjadi pada November 2018 ini didorong oleh deflasi pada kelompok bahan makanan yang memberikan andil 0,56%. Deflasi pada bahan makanan ini paling besar disumbangkan oleh sub kelompok ikan segar yang memberikan andil deflasi 0,59%.

Tekanan inflasi muncul dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang memberikan andil inflasi 0,34%.

Inflasi yang terjadi pada kelompok ini disebabkan adanya kenaikan tarif angkutan udara yang memberikan andil inflasi 0,35%.

Tekanan inflasi di bulan Desember 2018 diperkirakan akan meningkat dikarenakan adanya Hari besar Natal dan perayaan akhir tahun yang akan mendorong jumlah permintaan. Tekanan terutama bersumber dari kenaikan tarif angkutan udara karena sehubungan dengan hari Libur Nasional. Selain itu, permintaan bahan pangan juga meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat.

Dari sisi produksi, risiko gagal panen dan terbatasnya aktivitas nelayan seiring dengan meningkatnya curah hujan dan tinggi gelombang di Bangka Belitung berpotensi untuk membatasi jumlah pasokan.

“Di penghujung tahun, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) perlu memperkuat koordinasi antar instansi untuk memitigasi risiko inflasi yang muncul setiap akhir tahun. Meningkatkan pasokan bahan pangan dan memperlancar arus distribusi barang merupakan langkah penting yang harus dilakukan, karena secara historis permintaan akan meningkat pada akhir tahun dan akan mempengeruhi pembentukan harga,” tambah Tantan.

Selain itu lanjutnya, melakukan edukasi kepada masyarakat agar bijak dalam berkonsumsi juga merupakan langkah yang tidak kalah penting. Dalam jangka pendek, upaya pengendalian inflasi akan dilakukan melalui implementasi program pasar murah dan koordinasi dengan distributor dan maskapai penerbangan untuk pengendalian harga. Inflasi rendah di bulan November merupakan peluang yang baik agar pencapaian inflasi 2018 dapat tercapai. Meskipun begitu, seluruh pemangku kepentingan tetap harus mengawal perkembangan inflasi sampai Desember 2018. Seluruh perangkat dererah harus meningkatkan kewaspadaan dan memitigasi risiko – risiko yang mungkin muncul di penghujung tahun 2018./rill