Oleh : Nopraanda Putra
TOBOALI, LASPELA – Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan (Basel) akan bekerja sama dengan Pusat Kajian Sumberdaya Perairan dan Pulau2 Kecil Universitas Bangka Belitung (UBB) untuk melakukan kajian dan penghitungan tentang kesejahteraan Nelayan dan Pembudidaya Ikan tahun 2018.
Untuk mengukur itu, terdapat indeks yang lebih dikenal dengan Nilai Tukar. Secara umum, nilai tukar nelayan (NTN) merupakan angka yang menunjukkan perbandingan antara indeks harga yang diterima nelayan (IT) dan indeks harga yang dibayar nelayan (IB).
Sama halnya dengan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan, yakni perbandingam antara indeks pendapatan pembudidaya dan indeks pengeluaran pembudidaya ikan. Setelah melakukan pengumpulan data dilapangan bail melalui survey, kuisioner dan wawancara selama kurang lebih 2 bulan.
“Sabtu 3 November kemaren Tim dari Universitas Bangka Belitung menyampaikan laporannya di hadapan sekitar 30 orang peserta FGD,” kata Kepala Dinas DPPP Basel, Suhadi yang didampingi Kepala Bidang Perikanan, Abdul Haq, Para Camat di 8 Kecamatan, Perwakilan Nelayan, Penyuluh Perikanan dan unsur SKPD lainnya, Senin (5/11).
Adapun Tim Kajian UBB yang dipimpin oleh Dr. Endang Bidayani menyampaikan beberapa temuan lapangan terkait kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan di Bangka Selatan.
Di antara temuan tersebut, yakni adanya gap yang amat jauh antara musim ketika ikan melimpah dan ketika musim paceklik (baik karena cuaca dll).
“Sayangnya, besarnya hasil di kala musim melimpahnya ikan tidak dibarengi dengan manajemen keuangan yg baik di kalagan para nelayan,” tukasnya.
“Dan hal itu berimbas jika dirata-ratakan selama 1 tahun, karena nilai tukar nelayan di Bangka Selatan sementara ini ada di kisaran 108,” lanjutnya
Oleh karena itu, berdampak pada pendapatan nelayan, baru sedikit lebih banyak dibandingkan pengeluaran mereka. Adapun untuk pembudidaya ikan, belum banyak pembudidaya di Bangka Selatan yang menjadikan sektor ini sebagai sektor utama pekerjaannya.
“Terlebih hasil kajian ini cukup komprehensif memetakan kesejahteraan nelayan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan, jenis kepemilikan kapal dan lokasi per kecamatan. Begitu juga budidaya ikan yang sudah dikaji perkomoditas jenis ikan yang dibudidayakan,” ucapnya.
Sementara itu, ketua tim kajian dari UBB, Endang Bidayani menuturkan, dari beberapa pembudidaya yang sudah menekuni secara serius usaha mereka didapatkan Indeks Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) di bawah 100.
“Artinya, masih lebih besar pengeluaran dibandingkan pendapatan. Angka pengeluaran terbesar adalah pada penyediaan pakan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan usaha budidaya ikan yang nilai indeks NTPinya di atas 100 adalah budidaya ikan kerapu dan selanjutnya akan dijadikan sebagai salah satu basis data penyusunan strategi dan intervensi kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pelaku usaha perikanan lainnya di Kabupaten Bangka Selatan.