Oleh : Nopraanda Putra
*Launching Program “Hekula Agik”
TOBOALI, LASPELA – Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangka Selatan (Basel) dalam meminimalisir kesenjangan sosial di Kabupaten Basel menjadi hal serius untuk diperhatikan.
Menanggapi hal itu, Pemkab Basel melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayan (Disdikbud) Basel meluncurkan Program “Hekula Agik”. Program Hekula Agik ini merupakan solusi yang dicetuskan Pemkab Basel untuk program kemanusiaan anak-anak wajib sekolah dan harus mendapatkan pendidikan secara merata dan berkeadilan.
Bupati Basel Drs. H. Justiar Noer dalam sambutan launching program Hekula Agik mengatakan pendidikan adalah pondasi jiwa untuk memanusiakan dirinya dan kelompoknya, tanpa pendidikan, individu akan terasa hampa sehinga tidak mampu berbuat kemaslahatan dunia dan akherat.
“Program Hekula Agik merupakan program kemanusiaan dimana anak-anak harus mendapatkan pendidikan secara merata dan berkeadilan,” kata Justiar di sela acara launching program “Hekula Agik”, Kamis (4/10) di Balai Daerah Pemkab Basel.
Ia juga menambahkan, program ini bermula dari banyaknya angka anak-anak putus sekolah yang seharusnya di usia itu mereka harus duduk di bangku sekolah.
“Program ini berangkat dari semakin banyak anak tidak sekolah. Berdasarkan data pemerintah Susenas 2014 terdapat 4,7 juta anak usia 7-18 tahun tidak bersekolah dan ini tentunya akan berdampak pada tingginya angka kesenjangan sosial,” ujarnya.
Sementara itu, lanjut Justiar di Basel angka putus sekolah setiap tahunnya bertambah, baik dasar sampai menengah atas. “Di Kabupaten Bangka Selatan saat ini angka tidak sekolah setiap tahunnya terjadi peningkatan, baik jenjang SD, SMP maupun SMA.
Hal itu, kata Justiar terjadi dengan alasan beberpa faktor, mulai perekonomian yang tidak memadai hingga kurangnya kesadaran orang tua dalam memajukan pendidikan anak nya.
“Pendidikan harus terhenti karena tidak memiliki biaya cukup ataupun karena rendahnya kesadaran orangtua ataupun karena tuntutan pekerjaan untuk membantu kebutuhan sehari-hari keluarganya,” tukas Justiar.
Menurutnya, saat ini Pemkab Basel sudah berupaya melaksanakan kebijakan-kebijakan dalam pembangunan pendidikan di Negeri Junjung Besaoh agar anak-anak dapat menikmati pendidikan secara adil dan merata.
“Beberapa kebijakan dan program untuk meningkatkan akses secara inklusif dan berkeadilan diantaranya BOS operasional sekolah dan guru/PTT honorer untuk pendidikan dasar dan pendiidkan menengah, PIP dan Bangka Selata Cerdas,” tukasnya.
Tak hanya itu, lanjutnya Pemkab Basel melalui Disdikbud Basel juga mengeluarkan program strategis yakni gerakan ayo kembali ke sekolah.
“Program strategis ayo kembali ke sekolah bertujuan untuk mengembalikan anak-anak tidak sekolah agar kembali pad satuan pendidikan baik formal maupun nonformal,” tuturnya.
Ia juga mengajak orangtua dan masyarakat Basel untuk dapat berperan aktif dalam membantu program pendidikan anak putus sekolah di Basel.
“Orangtua dan masyarakat dapat berperan aktif mengajak, menghimbau, dan mengingatkan seperadik, tetangga kita untuk melanjutkan pendidikan,” tandas Justiar.
Justiar berharap agar program ini mendapat kemaslahatan bagi masyarakat Basel dalam melanjutkan pendidikan bagi anak-anak yang sudah putus sekolahnya.
“Saya berharap, kita bersama-sama untuk memastikan tidak ada drop out (DO) atau putus sekolah, dan juga mengharapkan akses pendidikan dapat terjangkau, baik dari sisi pembiayaan maupun fasilitas,’ harapnya.
“Dan Pemerintah Bangka Selatan akan konsisten memberikan layanan, menyiapkan ketersediaan satuan pendidikan layak di semua kecamatan dan pelosok desa di Basel,” lanjutnya.