Potret Boen Toe, Menguak Sejarah Tionghoa di Kota Muntok

MUNTOK, LASPELA – Tradisi masyarakat Tionghoa yang disebut sembahyang bulan atau Pat Ngiat Pan, kali ini diselingi pameran foto sejarah tempo doeloe masyarakat Tionghoa di kota Muntok. Acara digelar di Kelenteng Kung Fuk Miao, Senin ( 24/9/2018 ) malam tadi.

Masyarakat sangat antusias memadati kelenteng tua yang berdampingan dengan Masjid Jamik Muntok ini untuk menyaksikan pertunjukan barongsai dan pameran foto masyarakat Tionghoa jaman dulu yang dipajang di sekeliling ruang dalam kelenteng.

20180924_205454

Pameran foto bertajuk ” Potret Boen Toe ” digagas dan dilaksanakan oleh Heritage of Tionghoa Bangka ( HETIKA ), didukung Bidang Kebudayaan dan Kesenian Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Barat. Potret Boen Toe memajang 100 lembar foto sejarah keberadaan dan peran masyarakat Tionghoa di kota Muntok  yang didapat dari koleksi masyarakat, website dan koleksi Bagian Kebudayaan dan Kesenian Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Barat.

Pameran akan berlangsung selama satu minggu, mulai dari tanggal 24 sampai
tanggal 30 September 2018 mendatang.

Acara ini menarik perhatian Bupati dan Wakil Bupati Bangka Barat, H. Parhan Ali dan Markus. Keduanya hadir didampingi anggota DPRD Bangka Barat M. Ali Purwanto, Camat Muntok Sukandi, Kepala Museum Timah Muntok dan perwakilan Polres Bangka Barat.

Wakil Bupati Bangka Barat Markus yang berkesempatan menyampaikan kata sambutan mengatakan, Pemkab Bangka Barat sangat mengapresiasi tradisi sembahyang bulan yang menjadi agenda tahunan masyarakat Tionghoa, apalagi diselingi dengan pameran foto sejarah masyarakat Tionghoa di kota Muntok. Bahkan Markus secara pribadi ikut mengucurkan dana.

20180924_201807

” Panitia beberapa kali memberitahu saya untuk melaksanakan kegiatan ini. Dan saya secara pribadi juga membantu finansial sebesar tujuh juta lima ratus ribu untuk menyukseskan pameran kota Boen Toe tempo dulu,” ujar Markus.

Menurut Ketua Panitia, Suwito, kata Boen Toe yang diambil dalam pameran foto ini, berasal dari kata Wen Tao. Dalam bahasa Hakka, bahasa yang digunakan masyarakat Tionghoa Bangka, kata Wen Tao disebut Boen Toe ( bun tu ).

” Wen atau Bun artinya kebudayaan, sedangkan Dao atau Tu artinya pulau tanah. Jadi ” bun tu ” bisa diartikan tanah budaya atau tanah beradab,” jelas Suwito.

Ide untuk menggelar pameran foto ini lanjut Suwito, berawal dari rasa prihatin anak – anak muda yang tergabung dalam Heritage of Tionghoa Bangka ( HETIKA ) melihat banyak peninggalan sejarah masyarakat Tionghoa yang tidak terawat. Seperti kuburan lama dan bangunan – bangunan.

” Kenapa? Ini karena masyarakat Muntok sendiri yang kurang menyadari nilai sejarah. Sesuatu yang bernilai pasti kita jaga. Karena mereka tidak tahu nilainya ya masa bodo. Punya keluarganya juga tidak perduli ngapaian kita harus perduli. Nah stigma seperti ini harus kita singkirkan. Lewat acara ini kita harapkan stigma itu dibuang jauh – jauh,” harapnya. ( SK )