Harga TBS Anjlok, Pemkab Babar Surati Lima Perusahaan Perkebunan Sawit

MUNTOK, LASPELA – Keluhan petani Bangka Barat mengenai anjloknya harga sawit di angka Rp. 700 – Rp. 800 per kilogram mendapat tanggapan dari Pemerintah Kabupaten Bangka Barat. Wakil Bupati Bangka Barat, Markus, SH, mengatakan, pihak Pemkab Bangka Barat telah menyurati lima perusahaan perkebunan sawit yang ada di Kabupaten Bangka Barat.

” Kami mengirim surat ke lima perusahaan yang ditujukan langsung ke direktur PT. THEP, PT. Sawindo Kencana, PT. Leidong West, PT. BPL dan Direktur PT. GSBL. Perusahaan – perusahaan ini kan bekerja dan berdomisilinya di Kabupaten Bangka Barat, perkebunan mereka kan cukup besarlah di Bangka Barat ini, kan,” jelas Markus kepada awak media diruang kerjanya, Selasa ( 4/9/2018 ) siang.

Dalam surat Nomor 520/353/4.1.3.1/2018 tanggal 3 September 2018 yang ditandatangani Bupati Bangka Barat H. Parhan Ali tersebut, meminta kepada lima perusahan perkebunan sawit agar membeli Tandan Buah Segar ( TBS ) para petani sawit yang ada di Kabupaten Bangka Barat.

” Bukan hanya di sebatas kebun itu saja, tapi seluruh masyarakat Bangka Barat. Karena ini sudah menjadi keluhan. Setiap kita turun ke masyarakat, keluhan harga sawit ini banyak sekali,” tandas Markus.

Menurut Markus, keluhan di masyarakat mengenai merosotnya harga TBS sudah luar biasa. Hal itu diperparah dengan tidak lakunya TBS karena pihak perusahaan tidak mau membeli. Kondisi yang sudah berlangsung selama beberapa bulan ini membuat Pemkab Bangka Barat merasa prihatin.

” Keluhan masyarakat bukan hanya harga, tapi sampai ada yang nggak mau membeli. Mungkin pihak perusahaan bisa menambah kapasitas mesin menambah kapasitas produksi, itu untuk lima perusahaan. Tapi melalui surat ini kami ingin menyampaikan bahwa Pemda ini sangat prihatin dengan kondisi yang ada di masyarakat ini,” sebutnya.

Markus berharap kelima perusahaan perkebunan sawit yang beroperasi dan berdomisili di Kabupaten Bangka Barat, ikut membantu masyarakat dengan cara membeli TBS dari seluruh petani sawit yang ada di Bangka Barat, mengingat para petani tersebut menggantungkan hidup dari hasil perkebunan sawit.

” Harganya tolong disesuaikan lah. Intinya begini, sudahlah harganya murah menjualnya pun susah. Kalau lada murah tapi masih ada yang beli. Sawit ini sampai nggak ada yang mau beli. Kadang menunggu sampai berhari – hari,” pungkas Markus. ( SK )