banner 728x90

Curhatan Riki Valentino, yang Anaknya Penderita penyakit Congenital Rubella Syndrome

banner 468x60
FacebookTwitterWhatsAppLine

Oleh : Wina Destika

PANGKALPINANG, LASPELA – Taqi bocah 9 bulan yang saat ini menderita penyakit congenital rubella syndrome terpaksa harus rutin menjalani perawatan secara medis di salah satu rumah sakit yang ada di Jakarta.

banner 325x300

Hal ini disampaikan orang tua Taqi yakni Riki Valentino (33) warga Muntok Bangka Barat mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menduga bahwa buah hatinya yang kini berusia 9 bulan harus menjalani berbagai rangkaian pengobatan serius seperti operasi katarak dan bocor jantung di usianya yang masih belum genap satu tahun.

“Hingga saat ini saya tidak mengira bahwa anak kami yang masih berusia 9 bulan harus mengalami keganasan penyakit congenital rubella syndrome hingga harus menjalani berbagai perawatan,” ujarnya saat workshop terkait MR di Dinas Kesehatan Provinsi, Selasa (28/8/2018).

Riki menceritakan pasalnya penularan virus campak yang menjangkit ke isterinya berawal dari adik kandungnya yang juga tertular sehabis membesuk temannya yang terkena campak di ruang isolasi Rumah Sakit di Bangka Barat.

“Istri saya tertular dari adik saya, adik saya tertular saat menjenguk temannya di rumah sakit. Dan awal terjangkit campak dan rubella, isteri saya mengalami ruam di wajah, dan badannya panas tinggi, disertai dengan mual-mual dan pusing,” jelasnya.

Setelah itu, lanjut Riki bahwa kami berinisiatif pergi ke dokter dan dua Minggu dari keluar ruam ternyata positif hamil.

“Isteri saya yang sempat telat dua minggu melakukan test kehamilan dan hasilnya positif hamil. Isteri saya bilang ke dokter bahwa memiliki riwayat campak, tapi hasil pemeriksaan dokter kondisi janin normal. Hingga melahirkan kondisi sang anak masih normal, namun kondisi berat badannya tidak ideal,” ucap Riki.

Namun, ia dan istrinya tetap tidak tenang pasalnya saat itu sedang digalakkan imunisasi MR di Pulau Jawa, dan ia terus mencari informasi sehingga nantinya tidak terkejut saat anaknya lahir dengan cacat

“Pada saat anak saya lahir bagus kondisi fisiknya, hanya saja berat badan tidak ideal yakni naik 2 kg sama air ketuban agak hijau kalau kata dokter itu keracunan,” kata Riki.

Tidak berhenti disitu saja, ia dan istrinya mulai curiga lantaran ada bintik putih dimata Taqi dan matanya terlihat tidak fokus dan liar. “Karena merasa khawatir saya membawakan anak saya ke dokter anak. Dan saat di ditangani dokter anak di Bangka Barat, saya terkejut setelah mengetahui buah hati kami didiagnosa menderita katarak, yang ditandai dengan munculnya bintik putih di bagian mata,” terangnya.

“Sebelumnya kami ke dokter anak tidak pernah menangani kasus seperti ini. Lalu di rujuk ke RSBT Pangkalpinang dan di RSBT diketahui anak kami menderita katarak conginental,” ungkap Riki dengan nada sedih.

Kemudian sang anak dirujuk ke salah satu rumah sakit swasta di Jakarta untuk dilakukan operasi. Namun, saat dilakukan pemeriksaan kembali diketahui sang anak mengalami jantung bocor dan masalah pendengaran berat. Selain itu, berat badan anaknya juga susah naik, dengan lingkar kepala terbilang kecil.

“Sebelum operasi ada beberapa cek semua dari situ baru ketahuan jantungnya positif bocor dan telinganya tidak bisa mendengar rusak rumah siput dalam, lingkar kepalanya kecil, berat badannya susah naik,” terangnya.

Ia menyebutkan untuk pengobatan menelan banyak sekali biaya . Karena anak kami banyak sekali membutuhkan suplemen, alat terapi, serta biaya lainnya.

“Kami juga mengeluarkan banyak biaya diluar tanggungan rumah sakit karena ingin proses cepat, tidak boleh lambat dan dalam penanganannya harus serius,” lanjut Riki.

Ia mengajak untuk para orang tua melakukan imunisasi kepada anak-anaknya.

“Saya berharap dengan pengalaman campak yang dialami taqi tidak ada lagi taqi-taqi yang lain mengalami ini,” harapnya.

Ia menambahkan untuk masyarakat jangan menganggap remeh penyakit campak dan rubella ini karena sudah terbukti sangat berbahaya dan bisa terjangkit kepada anak-anak.

“Untuk saya sangat berharap ada kerjasama MUI, Dinkes, Kemenkes, UNICEF, serta teman-teman media. Agar kejadian seperti yang dialami anak kami, tidak terjadi pada anak lainnya,” tutupnya. (Wa)

banner 325x300
banner 728x90
Exit mobile version