Oleh : Samsiar Komar
MUNTOK, LASPELA – Kalau biasanya pengamen yang kita jumpai menggunakan alat musik modern seperti gitar, keyboard dan MP3 Player, namun hal berbeda akan kita temui di Pantai Tanjung Kalian Muntok. Kehadiran Effendi Rani (64 ) menghibur pengunjung yang sedang menikmati kuliner khas Muntok tidak dengan alat – alat musik tersebut, tetapi dengan alat musik tradisional kesayangannya, dambus.
Mulai ngamen sejak tahun 2012, pria yang akrab disapa Mang Pendi ini mengaku sangat mencintai dambus. Baginya uang bukan tujuan utama, tapi dambus sudah menjadi hobinya. Disamping itu, mantan karyawan PT. Timah ini juga ingin mempopulerkan dambus kepada masyarakat.
” Bagi saya uang bukan nomor satu. Saya nggak pernah minta, saya nggak pernah menadahkan tangan. Kalau main lagu belum selesai orang sudah ngasih uang,” tuturnya kepada Laspela, Minggu ( 5/8/2018 ).
Yang berbeda lagi dari Mang Pendi, lagu – lagu yang mengalir dari dambusnya bukan hanya lagu – lagu daerah, bahkan lagu – lagu pop yang sedang hits pun kerap dia mainkan. Pria yang belajar dambus secara otodidak ini pun mengatakan, cara dia memainkan dambusnya sedikit berbeda dengan orang lain.
” Saya pelajari juga, biasanya orang kalau main dambus hanya main melodi saja. Tapi kalau saya tidak hanya main melodi, tapi juga rithem. Nah disitulah bedanya,” paparnya.
Meskipun dilarang anak – anaknya, dan penghasilan yang didapatnya tidak banyak, niatnya untuk ngamen tak pernah surut. Dari hasil ngamen dengan dambusnya, Mang Pendi mendapatkan uang kurang lebih Rp. 60 ribu per hari.
Keinginan Mang Pendi untuk berkolaborasi dengan alat musik moderen pun kini kesampaian. Setiap malam Minggu, dia tampil dengan iringan organ tunggal di Resto Rumah Keboen Muntok.
” Alat musik dambus itu bisa dikolaborasikan dengan alat musik yang lain, bisa juga disejajarkan dengan alat musik moderen. Saya tiap malam Minggu main juga di Rumah Keboen dengan organ tunggal,” ujar dia. ( SK )