Halima Butuh Tangan- tangan Dermawan

BANGKA, LASPELA- Kondisi keuangan yang sangat sulit memaksakan Halima warga Desa Jurung Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka, penderita Kanker Payudara ganas hanya bisa pasrah meratapi nasibnya. Halima kini butuh uluran tangan para dermawan untuk biayanya berobat.

Sherly (20) anak dari Halima kepada Laspela mengatakan penyakit yang diderita oleh sang Ibu berawal dari benjolan kecil dipayudara sebelah kanan. Namun, lama kelamaan benjolan tersebut semakin membesar dengan rasa sakit yang luar biasa.

” Terus kami membawa ibu kami ke rumah sakit RSUD Sungailiat dan dinyatakan ada benjolan di payudara dan harus dioperasi. Tak berapa berselang dilangsungkan operasi. Payudara yang sebelah kanan habis diangkat,” ujarnya kepada Laspela, Kamis (19/7/2018).

Setelah operasi, lanjut Sherly, dokter menyarankan pihak keluarga untuk melakukan pemeriksaan mendalam mengenai benjolan tersebut apakah kanker ganas atau jinak. Hanya saja, pihak keluarga memutuskan tidak melakukannya lantaran tidak memiliki biaya.

” Untuk mengecek benjolan butuh biaya Rp1 juta.Setelah operasi, ibu kami sehat hanya 8 bulan dan benjolan tumbuh lagi dibekas operasi yang pertama. Setelahnya benjolan itu makin membesar dengan rasa sakit yang luar biasa,” ungkapnya.

Akhirnya, kata Sherly, pihak keluarga kembali membawa Ibu Halima ke RSUD Sungailiat. Lalu dokter menyarankan untuk operasi kedua.
” Kami setuju untuk itu. Setelah operasi, dokter menyarankan kami untuk membawa Ibu kemo di Palembang, tapi nasib ibu kami buruk. Kami pihak keluarga tidak bisa membawa ibu berangkat untuk kemo dikarenakan biayanya, akhirnya kami membawa ibu kami pulang kerumah,” ungkapnya sedih.

Kondisi benjolan kanker Halima pun kian parah saat Halima dinyatakan hamil. Dokter pun tak berani mengambil tindakan medis memgingat kehamilan tersebut.

“Kami tidak dapat berbuat banyak, menunggu saja ibu sampai melahirkan,” tuturnya.

Kini menurut pengakuan Sherly, ibunya sudah 3 kali dilakukan operasi namun belum ada perubahan signifikan dari kesehatan ibunya. Terakhir Halima dioperasi di RS Provinsi (hc) Ir Soekarno.

” Setelah selesai operasi ketiga jarak satu minggu bekas operasi ibu kami bolong dikarenakan benang putus sebab kulit ibu kmi tidak bisa ditarik dan dijahit. Langsung kami bawa kerumah sakit untuk dilangsungkan operasi penampalan lobang bekas operasi tersebut dari daging paha ibu kami. Setelah operasi berjalan lancar akhirnya kami membawa ibu pulang ke rumah setelah 3 hari di rumah sakit,” terangnya.

Kini hari-hari Halima, hanya bisa meratapi sakit yang luar biasa, setelah sehat hanya 9 bulan, benjolan itu tumbuh lagi dan lama kelamaan benjolan semakin membesar. Pihak keluarga pun lantas membawa Halima ke Rumah Sakit dan lagi-lagi dokter menyarankan untuk kemoterapi di Palembang.

Pihak keluarga pun tetap tidak bisa berbuat banyak. Lagi-lagi biaya jadi persoalan utamanya. Pilihan operasi untuk ke-empat kalinya pun harus ditempuh Halima, namun ceritanya tetap sama tidak mendapati kesembuhan.

” Kasihan Ibu siang-malam mengeluh sakit, sebagai anaknnya saya gak tega lihat ibu terus-terusan begini,” ucap Sherly, sayup-sayup terisak menahan tangis.

Mirisnya lagi,dalam kondisi menyedihkan itu. Sampai saat ini belum ada satupun pihak pemerintah ataupun swasta yang membantu meringankan beban keluarga ini.

“Kami belum pernah mendapatkan bantuan pemerintah ataupun dewan. Bapak harus membagi uang gajinya. Untuk makan saja kami susah,” tandasnya.(*)