Basel Suplai 48 % Lada di Babel, Pemkab Basel Bersolusi Bantu Petani Lada

Oleh : Nopranda Putra

TOBOALI, LASPELA – Kabupaten Bangka Selatan (Basel) merupakan salah satu daerah di Provinsi Bangka Belitung (Babel) dengan produksi lada terbesar di Bangka Belitung yang hampir dua pertiganya berasal dari Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Bangka Selatan Suhadi.

Ia mengatakan Bangka Selatan merupakan dominan dalam menyuplai hasil tani lada untuk di Bangka Belitung. Ini yang menjadikan negeri junjung besaoh dinobatkan menjadi kawasan lada nasional. Hingga saat ini Pemkab Basel terus berupaya agar petani lada di Basel dapat mencari solusi dalam permasalahan dialami petani lada.

“Kurang lebih 48 persen lada yang dihasilkan di Bangka Belitung berasal dari Bangka Selatan. Dan pemerintah kabupaten Bangka Selatan sendiri terus mendukung petani lada serta menjadi solusi bagi setiap permasalahan petani lada. Mulai hal pembibitan, pemberantasan hama lada, terkecuali urusan harga karena bukan kewenangan pemkab sendiri,” jelas Suhadi kepada Wartawan, Rabu (18/7).

Ia juga mengatakan, Berbagai program nyata yang dilakukan Pemkab Basel untuk meningkatkan hasil produksi lada lebih baik diantaranya pembagian bibit unggul kepada petani, sosialisasi cara menanam sampai memanen lada yang baik. “Kita dalam hal ini bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam melakukan reset menanggulangi penyakit pada tanaman lada,” tukasnya.

Terkait dengan harga lada yang murah, Suhadi menjelaskan bahwa petani lada di Bangka Selatan tidak terlalu khawatir apalagi sampai berhenti bertani lada. Karena dengan harga lada di bangka selatan yang berkisar 60-70 ribuan perkilonya ini petani masih untung.

“Faktor kebiasaan yang telah turun temurun membuat petani lada terus semangat bertani lada meski dengan harga lada yang murah. Perbedaan jelas antara harga lada murah dan mahal tapi tidak terlalu signifikan. Berhenti menjadi petani lada juga tidak, palingan petani mulai menanam Sawit, Karet guna mencari sampingan,” pungkasnya.

Sementara itu, Faisal salah satu petani lada Bangka Selatan mengatakan, meskipun harga lada murah tapi jika dibandingkan dengan harga sawit dan karet tentu masih untung bertanam lada.

“Alhamdulillah biarpun harga lada murah tapi masih bisa untuk makan, Biaya sekolah, Kebutuhan sehari hari serta masih bisa untuk ditabung. Kendati demikian Pemerintah juga harus mencari solusi kepada petani terkait harga lada karena turunnya harga lada berdampak besar terutama pada kondisi ekonomi masyarakat Bangka Selatan,” ujarnya.