Oleh: Sefanus H. Lopis | Wartawan LASPELA
PANGKALPINANG, LASPELA- Uskup Pangkalpinang Mgr. Adrianus Sunarko, OFM meminta umat di Keuskupan Pangkalpinang dan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung (Babel) lebih kritis menyikapi berita hoax yang berseliweran di media sosial (medsos).
Menurut Uskup Adrianus Sunarko, berita hoax atau berita palsu harus dilawan dengan selalu mengedepankan sikap kritis terhadap setiap informasi yang didengar dan dibaca. Uskup menuturkan, manfaatkan media sosial untuk menebarkan inspirasi dan kebaikan hendaknya menjadi tradisi yang sejatinya terus dihidupi.
Hal ini disampaikan Uskup Adrianus dalam wawancaranya dengan wartawan LASPELA, Stefanus H. Lopis, Sabtu 12 Mei 2018, terkait tema yang diusung kali ini dari pesan Sri Paus Fransiskus di Hari Komunikasi Sedunia ke-52, “Kebenaran akan Memerdekakan Kamu : Berita Palsu dan Jurnalisme Perdamaian”.
Lewat tema ini, Uskup Adrianus mengajak para pihak menangkal berita palsu (fake news), bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech) dengan komitmen yang total pada kebenaran.
“Ada dua subjek dalam hal ini, pertama para jurnalis, penulis buku dan penulis apapun yang memang bermaksud menyampaikan sesuatu, maka perlu makin mengingatkan mereka untuk melawan arus fenomena penyebaran berita palsu itu sehingga bisa mengembalikan lagi esensi dari pekerjaan-pekerjaan atau misi dari karya-karya seperti itu yang dalam bahasa Sri Paus Fransiskus, menyampaikan kebenaran.
Para jurnalis kita hendaknya menemukan cara kreatif untuk melawan fenomena hoax yang seringkali digulirkan entah karena kepentingan untuk mengejar ambisi. Fenomena hoax seperti ini bisa jadi merupakan tanda-tanda jaman yang diharapkan menjadi refleksi bagi mereka kembali (lagi) ke esensi misi menyampaikan kebenaran. Tentu tantangannya bagaimana mengemas sesuatu berita menjadi menarik, tapi tidak dengan manipulasi,” tegas Uskup Adrianus.
Kedua, sambung Uskup, umat dan masyarakat pada umumnya harus bisa mengembangkan sikap kritis dalam membaca berita, serta tidak mudah terhasut.
“Maka perlu memaksimalkan potensi-potensi yang kita miliki sebagai sarana dalam melawan berita hoax sehingga terbentuk sikap kritis entah sebagai pribadi lewat pendidikan yang diperoleh, atau bersama-sama membicarakannya dalam KBG-KBG untuk saling mengoreksi sehingga mampu membaca dan menyeleksi setiap berita yang ditemui di medsos dan platform lainnya,” imbuh Uskup.
Uskup Adrianus menandaskan, fenomena berita palsu dan ujaran kebencian memang menjadi tantangan besar bagi para jurnalis dan umat serta masyarakat pada umumnya.
“Untuk mereka yang terlibat sebagai jurnalis, tantangannya adalah bagaimana melawan arus menyampaikan kebenaran tetapi tetap juga cepat dan menarik namun tidak memalsukan. Ini sebuah misi khusus yang sangat dihargai gereja katolik dan makin dirasakan melihat keadaan seperti ini. Sementara dari pihak umat pada umumnya, jangan ikut arus tapi harus punya sikap kritis dan kita punya potensi besar untuk itu, maka harap dimaksimalkan. Hal-hal rutin yang sudah kita miliki, bisa membantu kita lebih kritis terhadap berita-berita palsu dan ujaran kebencian yang beredar,” tukas Uskup Adrianus.
Terkait bagaimana menumbuhkan sikap kritis itu? Monsegniur Sunarko menyebut sebagai tantangan utama dalam dunia pendidikan. “Pertanyaan besar untuk karya pendidikan kita, untuk melatih orang berpikir kritis karena salah satu aspek penting dari pendidikan ialah mencari kebenaran. Sementara untuk umat dan masyarakat secara luas, kita punya banyak forum untuk mengembangkan sikap kritis ini,” ujarnya.
Untuk para pegiat jurnalis katolik yang tersebar dan berkarya di berbagai media baik lokal maupun nasional, Uskup Adrianus berharap agar lebih mampu menggarami, untuk tetap konsisten menyampaikan kebenaran dengan mencari data-data yang benar, menarik dan cepat sekaligus meyakinkan bahwa itulah yang akan dipercayai orang.
Daya Reflektif Lemah
Ketua UNIO Keuskupan Pangkalpinang, RD. Ferdi Meo Bupu, menyampaikan daya reflektif yang masih sangat lemah saat ini menjadi dasar masih sangat banyak masyarakat mudah dihasut oleh berita palsu dan ujaran-ujaran kebencian.
“Masyarakat kita saat ini terjebak dalam sebuah gaya hidup bak sinetron. Mereka selalu mengikuti sesuatu tanpa berpikir lebih jauh tentang trend yang diikuti itu. Terkait fenomena merebaknya berita hoax dan ujaran kebencian, masyarakat bisa menangkalnya dengan membandingkan dua berita sama dengan angle berbeda,” kata Romo Meo yang juga Pastor Kepala Gereja Santa Bernadeth Pangkalpinang, Sabtu (12/5).