banner 728x90

Terkait Fenomena Hoax, Romo Stefan Kellen: Sesekali Perlu Puasa Bermedsos

Ketua Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Pangkalpinang, RD. Stefanus Tomeng Kellen | doc. pribadi
banner 468x60
FacebookTwitterWhatsAppLine

Oleh: Romo Stefan Tomeng Kelen 

PANGKALPINANG, LASPELA- Maraknya penyebaran berita palsu atau hoax dan ancamannya terhadap jurnalisme perdamaian menjadi keprihatinan Sri Paus Fransiskus.

banner 325x300

Dalam pesan Paus Fransiskus pada hari komunikasi sosial sedunia yang jatuh hari ini, Minggu 13 Mei 2018, kebenaran dan jurnalisme damai menjadi isu penting. Dalam pesan itu juga, pemimpin umat katolik dunia tersebut mengajak umat melawan hoaks.

Ajakan Sri Paus Fransiskus ini dipertegas Ketua Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Pangkalpinang, Romo Stefan Kellen PR. Menurut Pastor yang juga wartawan itu, berita hoaks sebagai hiperealitas negatif yang diciptakan berdasarkan agenda setting tertentu.

“Sedangkan hiperealitas itu tidak lain adalah realitas buatan. Dari perspektif komunikasi media massa, realitas buatan ini diciptakan untuk mempengaruhi persepsi khalayak. Sehingga seolah-olah realitas buatan itu adalah fakta sebenarnya, padahal sesungguhnya hasil sebuah konstruksi penyampaian pesan,” kata Romo Stefan lewat pesan WhatsAppnya ke redaksi LASPELA, Minggu (13/5-2018).

Menurut lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Program Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana Jakarta ini, fenomena tekhnologi digital mempengaruhi pola komunikasi antar personal masyarakat yang bergeser dari komunikasi face to face kepada komunikasi melalui medsos seperti facebook, dan sebagainya.

“Sehingga tidak jarang kebencian bersifat personal pun diungkapkan di medsos. maka yang terjadi saat ini, bukan mulutmu adalah harimaumu, tetapi jarimu adalah harimaumu. Ketika kita marah atau benci seseorang dan mengungkapkan di medsos, maka kita menjadi jurnalis bagi persepsi dan perasaan kita sendiri. kita mau mempengaruhi followers kita untuk memahami perasaan kita sebagai realitas baru, padahal belum tentu semua teman kita di medsos suka dengan ungkapan perasaan kita itu,” bebernya.

Karena itu, “pastor wartawan” ini lantas mengajak segenap pihak lebih bijak ketika memposting sesuatu di medsos.

“Hal yang perlu, upayakan agar bisa puasa mengisi status di medsos. Atau dalam bahasa lain, siapapun harus mulai melakukan detokfikasi digital. Detokfikasi digital ini dilakukan dengan menghapus pesan bernada ujaran kebencian juga tidak mengirim pesan-pesan dari group WA yang berpotensi menimbulkan kemarahan dan saling mencurigai,” ajak Romo Stefan Kelen.

Kalaupun tidak bisa puasa bermain medsos, sambungnya, upayakan mengisi medsos dengan pesan-pesan sukacita dan kasih. Isilah medsos dengan pesan-pesan kebaikan, keadilan dan kesaksian hidup sehingga bisa mempengaruhi sesama untuk memiliki karakter mulia.

Editor: Stefanus H. Lopis

banner 325x300
banner 728x90
Exit mobile version