Pemprov Babel Intruksikan Petugas Kesehatan Untuk Lakukan Pendataan Ulang Penderita Stunting Di Babel

Penulis : Wina Destika

PANGKALPINANG, LASPELA – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Yan Megawandi menyampaikan negara Indonesia merupakan salah satu negara dalam tanda kutip yang masih memerlukan perhatian khusus dari semua pihak untuk dapat mengatasi permasalah gizi, pangan, dan stunting.

“Ini di karenakan permasalahan gizi buruk yang mengakibatkan meninggalnya 72 anak dan ratusan orang dirawat di Rumah Sakit,” kata Sekda saat memberikan sambutan pada acara Seminar Gizi, bertajuk “Menuju Babel Bebas Stunting” Dengan Topik Kebijakan Daerah Dalam Penanggulangan Stunting di Gedung Mahligai Serumpun Sebalai Rumdin Gubernur, Rabu ( 22/02/2018 ).

Ya menyampaikan, dimana dirinya menginstruksikan agar petugas kesehatan untuk bisa melakukan pendataan ulang penderita stunting di provinsi Babel. Hal ini mengingat data yang dikeluarkan pemerintah pusat sudah tidak relevan lagi dengan kondisi terkini.

“Data itu bisa gak up-to-date mungkin kita perlu cari bandingan data,, tapi kita angka stunting masih dibawah angka nasional,” ujarnya.

Lebih lanjut, Yan menyampaikan permasalahan gizi buruk dan sanitasi yang kurang baik yang terjadi di daerah tersebut jangan terulang kembali pada masa akan datang, artinya ada struktur pola pikir perlakuan menuju kebaikan yang dilakukan secara bersama – sama untuk menuju arah yang lebih baik dari sebelumnya.

“Permasalah tersebut tidak dapat kita atasi sendiri melainkan diperlukanya kerjasama dari semua pihak untuk menuju arah menjadi lebih baik, baik melalui Kementerian, lembaga, Pemerintah Provinsi, Kabupaten maupun Kota,” jelasnya.

Yan menekankan, untuk mengintervensi stunting bukan hanya pemerintah dan instansi terkait yang bekerja keras, tetapi juga keterlibatan keluarga terutama ibu untuk memiliki kesadaran bahwa memiliki tanggungjawab.

“sangat kelihatan keterlibatan ibu yang menyadarkan bahwa tanggungjawab bukan hanya pada pemerintah tapi seluruh stakeholder, kita gak pernah terbanyangkan intervensi terhadap ketahanan pangan ada pengaruhnya,” imbuhnya.

Yan menambahkan, seperti halnya program mengajak keluarga menanam bahan pangan di pekarangan, juga memberikan berpengaruh, karena dengan memiliki ketahanan pangan sendiri, orangtua bisa dengan mudah mendapatkan kebutuhan.

“Anak bukan ketika bayi dan balita saja yang perlu asupan gizi tetapi sebelum lahir juga harus disiapkan, selama kehamilan ibu-ibunya harus memenuhi asupan gizinya, agar ketika lahir anaknya sehat dan tidak beresiko stunting,” paparnya.

karenanya, ia berharap nanti dihasilkan data yang memang akurat dengan kondisi yang ada di masing-masing desa, tak hanya di daerah intervensi stunting di Babar tapi juga di kabupaten lainnya.

“Angka stunting sebaiknya dibawah 20 persen tetapi angka kita masih diatas 20,, kita jangan merasa nyaman tetapi bagaimana bersama-sama kita intervensi supaya bisa makin ke bawah makin turun angka ini,” tutupnya.