Bermain Di Hutan Lindung Hingga Bertemu Monyet Purba

Objek Wisata Batu Mentas Habitat Terakhir Tarsius Belitung Aman Berkembang Biak

Oleh: Junianto Ade Sahputra

TANJUNGPANDAN, LASPELA – Pariwisata Kabupaten Belitung belakangan mulai menunjukkan kemajuan. Tingkat kunjungan wisatawan meningkat membuat masyarakat mengembangkan objek wisata yang beragam.

Semakin lama mulai bertumbuh, salah satunya objek wisata berbasis alam batu mentas. Disini wisatawan diajak menikmati suasana alamyang sejuk di bawah rindangnya keaslian hutan kawasan gunung tajam.

Letaknya sekitar 35 menit dari pusat Kota Tanjungpandan. Akses menuju lokasi lancar, sekeliling jalan terdapat kebun lada dan nanas milik masyarakat setempat.

Pengelola batu mentas Budi Setiawan mengatakan ramainya kunjungan wisatawan ke Belitung berdampak bagus bagi kunjungan ke batu mentas. Ekonomi masyarakat lokal yaitu Dusun Kelekak Datuk menjadi lebih hidup. “Alhamdulillah belakangan ini masyarakat lokal sudah melirik potensi batu mentas ini sebagai pendapatan. Mereka sadar memiliki sesuatu yang unik disini,” Kat Budi belum lama ini.

Batu mentas memang mengandalkan masyarakat lokal sebagai pengelola, pemandu wisata, hingga menjaga kelestarian lingkungan.

Keunikan batu mentas, wisatawan bisa berinteraksi langsung dengan ikan air tawar. Salah satu yang dijual adalah pemainan river tubing dengan track beradrenalin yang dapat ditempuh maksimal dua jam. Mereka dipandu guide lokal dibantu dengan fotografer untuk mengabadikan momen seru.

“Salah satu yang seru bebatuan disini sangat khas dan unik, Insyaallah sudah banyak tim yang mencoba keseruannya,” ujarnya.

Selesai river tubing, wisatawan diajak bermain sambil belajar bersama tarsius si monyet purba. Populasi tarsius di kawasan batu mentas hingga gunung tajam jumlahnya terus berkurang akibat habitatnya terganggu oleh penebangan hutan liar.

Budi menjelaskan pernah ada mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menghitung jumlah tarsius untuk bahan skripsi. Polanya dengan mempelajari gaya hidup, makan, tidur, dan aktivitas. Selama berminggu-minggu mereka berhasil bertemu dengan 30 jenis Tarsius berbeda.

“Satu hal yang paling penting sejak batu mentas ini mulai ramai dikunjungi masyarakat Dusun Kelekak Datuk menyadari untuk menjaga habitat tarsius,” jelasnya.

Bersama masyarakat Budi berhasil mengembangbiakan tarsius. Video yang mereka punya sudah sering dijadikan bahan persentasi dibeberapa negara. “Kami pernah merekam bagaimana tarsius membawa anaknya, ini boleh dibilang video yang pertama di dunia. Jadi tarsius itu membawa anaknya seperti kucing,” terang Budi.

Tarsius hewan yang unik, bentuknya seperti monyet, lebih kecil dari bola kasti, matanya besar dan kepalanya bisa memutar ke belakang. Hewan ini aktif di malam hari mencari makan jangkrik. Jika melompat, meskipun bertubuh mungil bisa mencapai empat meter.

Berdasarkan website wikipedia.org Tarsius Bancanus Saltator atau dalam bahasa lokal Belitung dikenal dengan “pelilean” adalah salah satu jenis tarsius yang baru ditemukan dan masuk dalam daftar appendix dunia melengkapi dari beberapa jenis tarsius lainnya yang sudah lebih dahulu teridentifikasi. Variasi speciesnya ditemukan juga di Sumatra, Borneo, Sulawesi (Indonesia) serta pulau Bohor, Samar, Mindanau, dan Leyte (Philipina). Matanya yang bulat lebar dan hidungnya yang lucu sangat menarik untuk dilihat sementara ukurannya yang kecil pas banget bila berada di genggaman tangan kita. Hewan mirip monyet ini memakan serangga yang sering keluar dari kayu bekas terbakar atau arang kayu.

Tarsius Bancanus Saltator ini adalah hewan yang sangat aktif dan menarik dengan ciri-cirinya yang khas. Meski tubuhnya dibalut dengan bulu warna abu-abu, ekornya yang sepanjang kira-kira 232 mm hampir tidak berbulu alias gundul. Dari kepala hingga ekor panjangnya antara 118-149mm dengan berat 113-142 gram. Yang mengesankan dari hewan ini adalah mata besarnya yang menonjol yang sepertinya tidak pas dibandingkan dengan tubuh mungilnya. Ukuran rongga matanya hingga melebihi ukuran tempurung otak dan perutnya.

Tangan dan kakinya mempunyai jari-jari yang mirip dengan manusia yang digunakannya untuk bertengger di pohon dan ekornya digunakan untuk keseimbangan. Anda bisa melihat saat jari tengahnya mulur dan tulang pergelangannya yang panjang bekerja seperti shock absorber. Hal ini membantunya melompat dari dahan yang satu ke dahan yang lainnya dengan mudah. Kepalanya sangat mirip dengan kepala burung hantu karena bentuknya dan pertemuan yang unik di tengah-tengah sinus dan tengkoraknya membuatnya mampu memutar kepalanya 180 derajat. Tarsier juga memiliki gigi-gigi yang tajam untuk membantunya memangsa serangga selama berburu di malam hari.

Tarsier lebih suka tinggal di lubang-lubang di pohon atau akar-akar bambu meski masih mungkin menemukannya di tempat lain. Hewan ini banyak melakukan aktivitasnya di malam hari, meski sekali-kali Anda bisa memergokinya di siang hari.

Saat ini tarsius di Belitung semakin terancam keberadaannya akibat kerusakan di habitat hutan alamnya. Pembukaan lahan hutan dengan dibakar, perkebunan besar dan illegal logging menjadi biang keladi menurunnya jumlah tarsius. Untuk itu kami bekerjasama dengan GEF dan UNEP serta Pemkab Beitung berupaya untuk melakukan upaya konservasi terhadap Tarsius yang mana saat ini difokuskan di tempat Wisata Alam terpadu Batu Mentas HL Gunung Tajam, Kecamatan Badau. (***)

Sumber Foto : Budi Setiawan