LASPELA, TIPS -Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan pentingnya nutrisi cukup bagi masyarakat untuk mencegah anak yang menjadi aset bangsa di masa depan tidak menjadi kerdil.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Anung Sugihantono, mengatakan, pencegahan dan penanggulangan anak kerdil harus dimulai secara tepat sebelum kelahiran dan berlanjut sampai anak berusia dua tahun. “Intervensi paling menentukan untuk dapat mengurangi dan memperbaiki gangguan yang terjadi pada anak perlu dilakukan pada seribu hari pertama kehidupan (1.000 HPK),” kata dia di Jakarta, Kamis (25/1) dilansir dari laman Antara.
Dia mengatakan, masalah gizi anak yang berdampak pada kekerdilan (stunting) dan masalah gizi ibu seringkali tidak disadari, baik itu oleh keluarga maupun masyarakat sebagai sebuah masalah yang harus dicegah dan diselesaikan.
“Kecuali bila postur tubuh sudah nampak sangat kurus, barulah sadar bahwa ada masalah,” kata dia mengingatkan.
Hal tersebut, kata dia, mengindikasikan bahwa kebanyakan keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang gizi dan perilaku kesehatan yang tepat, khususnya masih banyak perempuan tidak menyadari pentingnya gizi bagi diri mereka sendiri.
Anung mencontohkan dari 89,1 persen perempuan hamil yang mendapatkan tablet tambah darah, hanya 33,3 persennya yang mengonsumsi tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan (Riskesdas, 2013).
Contoh lainnya belum semua anak usia 0-5 bulan mendapatkan air susu ibu secara eksklusif. Data Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016 menyebutkan hanya 54 persen yang menerima ASI Ekslusif. “Hal itu mengindikasikan bahwa masyarakat khususnya keluarga, membutuhkan pelayanan konseling ASI eksklusif, praktik-praktik pemberian makan serta pola asuh bayi dan anak yang tepat agar tercukupi kebutuhan gizinya.”
Lebih utama, sebut Anung, bagaimana masyarakat bisa memberikan dukungan kepada ibu dan ayah untuk memberikan makanan yang tepat bagi buah hatinya.