JAKARTA, LASPELA – Hingga saat ini ICDX belum pernah membeli timah untuk stock sebagai upaya menstabilkan dan mempengaruhi harga timah dunia. Sementara London dan Eropa tidak memiliki timah, tetapi memiliki stock dan menentukan harga timah dunia.
Diperkirakan cadangan timah di seluruh dunia tinggal 11 juta ton. Sementara kebutuhan dunia terhadap timah per tahun mencapai 360.000 ton. Berdasarkan angka tersebut, cadangan timah dunia akan habis dalam rentang waktu 30 tahun.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman menjelaskan, Indonesia menjadi salah satu cadangan terbesar timah dunia, dan berada di posisi ketiga dengan jumlah cadangan diperkirakan 1,59 juta ton. Selanjutnya di posisi keempat, Peru dengan jumlah cadangan timah satu juta ton.
Adapun posisi pertama dan kedua cadangan terbesar timah yaitu Negara China dengan jumlah tiga juta ton, kemudian Brazil berjumlah 2,5 juta ton. Sejumlah data tersebut merupakan hasil survei US Geological tahun 2009, Kementerian ESDM tahun 2016.
Menyinggung mengenai angka ekspor timah, sebelum ada ICDX di tahun 2010 tercatat ekspor timah nasional berada di angka 44,887 ton. Selanjutnya di tahun 2011, jumlah ekspor menurun menjadi 31,169 ton.
“Ekspor kembali meningkat tahun 2012 dengan jumlah 130.809 ton,” kata Gubernur saat bertemu Komisi VII DPR RI.
Memasuki tahun 2013, angka ekspor kembali menurun hingga ke angka 82,954 ton. Sebagaimana diketahui, tahun itu mulai masuknya ICDX. Jumlah ekspor kembali mengalami penurunan hingga menyentuh angka 60,038 di tahun 2014.
Selanjutnya dua tahun kemudian yakni 2015 dan 2016, jumlah ekspor nasional masing-masing berada di angka 70,073 dan 63,133 ton. Kejayaan timah terjadi pertengahan tahun 2011, pasalnya saat itu harga timah berada pada puncak tertinggi.
“Harga timah tertinggi terjadi sebelum bursa. Kemudian setelah ada bursa, harga timah mengalami penurunan dan terus terjadi penurunan sampai awal tahun 2016. Permasalahan ICDX, belum pernah membeli timah untuk stock guna mempengaruhi harga timah dunia,” tegas Gubernur.(*/TKG/Ar)