Palestina Diminta Akui Yerusalem Ibu Kota Israel jika Ingin Damai

PM Israel Benjamin Netanyahu. (Reuters)

PERDANA MENTERI Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Palestina ‘harus bisa menerima kenyataan’ bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel jika ingin terus bergerak menuju perdamaian. Ia mengatakan, Yerusalem telah menjadi ibukota Israel selama 3.000 tahun dan ‘tidak pernah menjadi ibu kota dari rakyat (negara bangsa) lain.’

Sebelumnya, Netanyahu mengatakan, bahwa dunia mengecam ‘keputusan historik’ Presiden Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan bermaksud memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv.

Namun, kata Netanyahu, ia tak mendengar kutukan dunia terhadap serangan roket Hamas dari Jalur Gaza kepada rakyat sipil Israel. Berbagai aksi protes terus berlangsung di berbagai penjuru dunia, termasuk di beberapa kota di Indonesia.

Sejumlah unjuk rasa berakhir dengan kekerasan, antara lain di dekat Kedutaan Besar AS di Beirut, Lebanon.

Di Yerusalem sendiri, sebagaimana dikutip dari laman Poskotanews, seorang warga Palestina ditangkap setelah menikam seorang petugas keamanan Israel di sebuah stasiun bis sehingga menderita luka parah.

Dalam pernyataannya di Paris, sesudah berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Netanyahu mengatakan bahwa upaya untuk ‘menyangkal hubungan yang sudah berlangsung ribuan tahun antara bangsa Yahudi dengan Yerusalem merupakan hal yang absurd.’

“Anda bisa membacanya dalam sebuah buku yang sangat bagus, yang disebut Injil,” katanya. “Anda bisa membacanya melalui Alkitab. Anda bisa menyimaknya dalam sejarah orang-orang Yahudi diaspora: di mana ibu kota Israel, kalau bukan di Yerusalem?”

Menurut Netanyahu, makin cepat Palestina menerima kenyataan ini, makin cepat kita bergerak menuju perdamaian.

Editor: Stefan H. Lopis