PDIP Penentu Pemimpin Belitung Berkualitas
Oleh: Safari Ans
Ada pertanyaan awal yang masuk ke meja saya. Siapakah yang pantas dan menjadi pemimpin yang berbobot bagi Belitung di era globalisasi? Pertanyaan itu saya lempar ke partai politik yang kini sedang menjaring calon Bupati (Cabup) dan Cawabup (Cawabup) Belitung. Juga saya lempar ke LSM, dan Grup Presidium Belitung.
Tidak ada yang menjawab pasti. Padahal Belitung membutuhkan Bupati yang mampu membawa Belitung di era globalisasi. Mengapa saya perlu bahas? Karena Belitung saat ini telah menjadi pintu gerbang Bangka Belitung (Babel).
Hebatnya dan bagusnya Bupati Belitung akan membawa Babel juga bagus ke depan. Sejak Bandara HAS Hanandjoedin jadi bandara internasional, maka berbagai suku bangsa di planet bumi ini akan terbang langsung dari negaranya ke Belitung tanpa harus singgah dimanapun. Dari Belitung mereka bisa menyebar ke seluruh pelosok Babel.
Begitu penting Belitung bagi Babel, sehingga orang Babel harus memberikan perhatian khusus siapa yang bakal memimpin Belitung ke depan. Atau membiarkan Belitung tenggelam dan tergilas habis oleh ganasnya bisnis globalisasi. Hancurnya Belitung juga berdampak negatif pada Babel ke depan.
Di antara partai politik yang memilih calon pemimpin berkualitas di Belitung, adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Ia memiliki lima kursi di DPRD. Lima kursi adalah syarat minimal bagi parpol untuk dapat mencalonkan sepasang Cabup dan Cawabup Belitung. Artinya, PDIP dapat mencalonkan sendiri pasangan calon pemimpin itu tanpa harus melibatkan partai lain.
Dengan demikian, PDIP adalah parpol yang menentukan pemimpin yang berkualitas globalisasi di Belitung ke depan. Kalau parpol lain terpaksa harus mengalah dengan idealisme itu karena ada benturan kepentingan dengan partai lainnya. Parpol satu minta Cabup si A dan partai lainnya minta Cawabupnya si B. Dan berbagai benturan kepentingan politik lainnya.
PDIP terlepas dari intrik itu. PDIP bebas menentukan Cabup dan Cawabup. PDIP harus sadar kampanye Pilkada kali ini sangat panjang. Berlangsung dari Januari – Juni 2018, enam bulan. Berbeda dengan Pilkada tahun sebelumnya, yang punya waktu sebulan untuk kampanye.
Selama waktu 6 bulan bisa mengubah peta politik daerah yang sangat dahsyat di tengah pemilih yang hanya 119.000 orang.
Artinya hasil survei yang jadi panutan PDIP satu-satunya akan menjadi salah besar. Karena peta politik pada pemilih mini ini akan cepat berubah dalam skala hitungan minggu. Oleh karenanya, PDIP juga harus menguji kompetensi sang calon, mengkaji kemungkinan menaiknya elektabilitas seorang calon bukan sekedar elektabiliyas saat ini. Potensi sang calon pemimpin yang berbobot di Belitung harus diperhitungkan secara matang dan benar secara cermat.
Yakinlah, hancurnya masa depan Belitung yang sangat berpotensi menjadi tax havens area itu, juga hancurnya Babel ke depan. Karenanya masa depan Babel berada di tangan PDIP. Masihkah PDIP patut mengandalkan hasil survei saat ini? Saya patut mempertanyakan itu. Jangan sampai PDIP ikut membiarkan Belitong hancur karena salah dalam menyodorkan calon pemimpin kepada rakyat Belitong.