Ditantang Lahan Eks Tambang

Oleh: Agus Ismunarno
Wartawan LASPELA

 

LAHAN EKS TAMBANG TIMAH yang terhampar ratusan hektare di Kepulauan Bangka Belitung menantang kita! Dibiarkan saja merana dan menjadi sumber petaka ataukan diolah menjadi lahan produktif bagi kesejahteraan warga di sekitarnya.Lahan terdegradasi dan terlantar berupa lahan bekas tambang timah di Bangka Belitung luasannya terus bertambah.

Kapolda Babel, Brigjend Pol Anton Wahono mengajak semua stakeholder untuk melakukan perubahan paradigma dalam merehabilitasi lahan terdegradasi tersebut dengan pemanfaatan lahan bekas tambang timah untuk tujuan pertanian yang produktif. Bersama Direktur Utama PT Timah Tbk, Riza Pahlevi Tabrani, Kapolda Anton Wahono bertekad menghijaukan kembali bekas lahan eks tambang timah.

Penghijauan lahan eks tambang tersebut, kata Kapolda Anton Wahono direncanakan secara bertahap. Tiga hektare, lima hektare dan puluhan hektare dan seterusnya di Pulau Bangka maupun Pulau secara bertahap akan dihijaukandengan tagline “Go green Bhabinkamtibmas”

“Untuk program go green ini kami targetkan secara ke seluruh Kabupaten,” tandas Kapolda Anton Wahono. Anton merinci tanaman produktif yang ditanam antara lain mangga,sawo, belimbing, serta durian jambu, mulai jambu kristal, jamaika hingga jambu citra.

Padi dan Padi Gogo

Bupati Bangka Tarmizi Saat mengatakan, pemanfaatan lahan bekas penambangan timah bila diolah dengan baik akan menjadi lahan produktif di antaranya untuk kegiatan pertanian. Lahan eks penambangan timah telah terbukti dapat dipergunakan kembali untuk kegiatan pertanian di Kabupaten Bangka, diantaranya di Kelurahan Sinar Jaya Jelutung.

“Lahan eks penambangan itu bisa ditanami jenis Padi Sawah dan dapat menghasilkan serta terus meningkat dari 3 ton per hektar menjadi 4,8 ton per hektar,” kata Tarmizi.

Dari Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto terdengar kabar gembira dari Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto  dan rekannya Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S yang mengatakan padi gogo bisa menjadi solusi swasembada pangan Kepulauan Bangka Belitung.

“Pengembangan padi gogo di lahan bekas tambang berpotensi untuk meningkatkan ketersediaan pangan di Babel. Yang diperlukan adalah analisis lahan bekas tambang untuk mengetahui potensi dan faktor pembatas budidaya padi gogo. Sehingga nantinya dapat ditentukan langkah langkah pembenahan  lahan bekas tambang, jika diperlukan,” kata Totok kepada LASPELA.

Kemudian, kata Totok, perlu uji coba penanaman padi gogo skala terbatas bersama masyarakat. “Ini merupakan upaya sosialisasi tehnik budidaya padi gogo kepada masyarakat sekaligus melihat potensi produksinya. Langkah selanjutnya adalah pengembangan penanaman sksla luas,” saran Totok.

Totok menjelaskan, Inpago Unsoed 1 merupakan salah satu varietas padi gogo aromatik yang dihasilkan oleh Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto. Keunggulan padi ini adalah toleran kering, hasilnya tinggi di lahan kering (potensi 7,42t/ha sementara padi gogo lain potensi hasilnya 5 – 6 t/ha), aromanya wangi, dan rasanya pulen.

“Ketahanannya terhadap kekeringan menjadikan Inpago Unsoed 1 tetap mampu berproduksi tinggi di lahan-lahan marginal dengan ketersediaan air yang terbatas. Jika dibandingkan dengan varietas lain untuk lahan kering atau tadah hujan, produksi Inpago Unsoed 1 lebih tinggi terutama ketika ditambah pupuk hayati secara berimbang,” papar Totok.Dirakit oleh pemulia padi UNSOED yaitu Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S. dan Prof.

Ir. Totok Agung Dwi Haryanto dengan teknik persilangan antara padi gogo daya hasil tinggi dengan padi sawah dengan kualitas hasil tinggi (pulen, rasa enak, wangi). Karena merupakan hasil persilangan padi gogo (Poso) dan padi sawah (Mentikwangi), daya hasil Inpago Unsoed 1 jauh lebih tinggi lagi jika ditanam di lahan sawah, dapat mencapai 10,5t/ha bahkan 13,3t/ha.  Inpago Unsoed 1 memiliki ketahanan terhadap penyakit blas ras 133 dan agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1.

Saat ini Inpago Unsoed 1 telah ditanam di 26 provinsi di Insonesia dan telah berkembang di Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Aceh, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Merauke. Bagaimana dengan Kepulauan Bangka Belitung? Semoga! (*)