Arahan Presiden: Kembangkan Ekonomi Berbasis Wisata
BULAN KEMERDEKAAN adalah bulan penuh syukur. Apalagi, tadi pagi 10 Agustus 2017 pukul 08.30 saya kembali menginjakkan kaki di Istana Negara dan kembali berjumpa Presiden Joko Widodo.
Saya masih mengingat-ingat memory bulan Oktober 2016 lalu ketika kami peserta Lemhannas PPRA Angkatan LV 2016 memaparkan hasil seminar tentang Ketahanan Energi Nasional di depan Bapak Presiden Jokowi.
Namun kali ini, kedatangan saya ke Istana Negara adalah bersama dengan delapan orang Ketua Umum (Ketum) Majelis Agama Buddha, dan saya sendiri hadir sebagai Ketum Generasi Muda Buddhis Indonesia.
Nama nama yang hadir di Istana Negara diantaranya:
1. Ir. Arief Harsono, MM, M.Pd.B, Ketua Umum Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (Mapanbumi) dan Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tripitaka Gatha Nasional (LPTG)
2. Drs. Anton Setiawan, Ketua Umum Majelis Umat Buddha Theravada Indonesia (MAJUBUTHI)
3. David Herman Jaya, Ketua Umum Majelis Rohaniawan Tridharma Indonesia (MARTRISIA)
4. Suhadi Sendjaja, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (PBDNSI)
5. Aiko Senosoenoto, Ketua Umum Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia (MNS BDI)
6. Piandi, Ketua Umum Majelis Buddhayana Indoensia (MBI)
7. Dharmanadi Chandra, SE. , Ketua Umum Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia(MAGABUDDHI)
8. Suwito, M.Pd.B,p Ketua Umum Majelis Mahayana Indonesia (MAHASI)
9. Bambang Patijaya, SE, MM. Ketua Umum Generasi Muda Buddhis Indonesia (GEMABUDHI).
Pertemuan dengan Presiden berlangsung selama satu jam, dari jam 09.00 sampai 10.00
Secara khusus ada pengarahan dari Bapak Presiden yang ditujukan kepada para Ketum Majelis Agama Buddha dan Ketum Generasi Muda Buddhis Indonesia terutama mengenai 2 hal, yaitu:
1. Bagaimana situasi sosial politik nasional pasca dikeluarkannya Perppu no 2 Tahun 2017.
Beliau juga meminta feed back di lapangan dan bagaimana pandangan umat Buddha terhadap hal tersebut.
2. Beberapa pokok pikiran Presiden tentang penyelesaian ketimpangan ekonomi.
Disinggung oleh Presiden Jokowi tentang bagaimana mengembangkan ekonomi berbasis pariwisata dan penyederhanaan perijinan serta upaya memangkas birokrasi untuk mendukung perkembangan dunia investasi.
Pada kesempatan tersebut, Presiden didampingi oleh Bapak Teten Masduki dan Mensekneg, Bapak Pratikno.
Saya sendiri menyampaikan langsung kepada Bapak Presiden tentang 2 hal:
yaitu pertama dalam rangka mengelola keragaman umat beragama dan kehidupan berbangsa dan bernegara tantangan terbesar saat ini adalah sikap intoleransi.
Hal ini diperparah oleh maraknya penyebaran berita hoax. Oleh karena itu negara sebagai regulator harus hadir untuk mencegah dan meminimalisir penyebaran berita hoax di media sosial yang sangat mengganggu kamtibmas.
Kedua, dalam mengatasi potensi konflik sosial yang dapat terjadi di suatu daerah, Negara dengan invisible handnya yaitu inteligen yang ada di daerah harus dapat berperan lebih aktif dalam meredam gejolak sosial.
Waktu diskusi yang hanya satu jam dirasakan sangat pendek, namun jadwal Presiden yang sangat padat dan disiplin menyebabkan kami harus mengakhiri pertemuan tersebut.
Tidak lupa Bapak Ir. Arief Harsono, MM, M.Pd.B selaku Ketua Umum LPTG menyampaikan undangan kepada Bapak Presiden untuk hadir dan membuka kegiatan Swayamvara Tripitaka Gatha (STG) pada tanggal 2 November 2017 di Candi Agung Borobudur.
Kegiatan STG ini akan diikuti lebih dari 2000 peserta dari seluruh Indonesia. Kebetulan saya sendiri pada kegiatan STG adalah sebagai Sekretaris STG.
Pola komunikasi yang dibangun oleh Bapak Presiden kepada umat Buddha Indonesia kami nilai sangat positif dan cair dan tentunya akan berdampak positif kebawah.
Salam BERGEMA…!!!
Bersama Bersatu Bergerak Maju Dalam Dharma….