LASPELA- Amerika Serikat, Rusia, dan Yordania mencapai kesepakatan de-eskalasi dan gencatan senjata di bagian barat daya Suriah pada Jumat, 1 Juli 2017.
Gencatan senjata yang dijadwalkan bermula Minggu tengah hari waktu Damaskus itu diumumkan setelah pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Hamburg, Jerman.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mengatakan, area yang tercakup dalam kesepakatan gencatan senjata itu mempengaruhi keamanan Yordania dan merupakan “bagian sangat rumit dari medan perang Suriah”.
Rusia dan Iran adalah pendukung utama Presiden Suriah Bashar al-Assad, sedangkan Washington mendukung sejumlah kelompok pemberontak yang ingin menggulingkan dia.
“Saya pikir ini merupakan indikasi pertama bahwa AS dan Rusia bisa bekerja bersama di Suriah, dan sebagai hasilnya kita melakukan diskusi panjang mengenai area-area lain di Suriah yang selanjutnya bisa tercakup dalam kerja bersama untuk de-eskalasi area,” kata Tillerson.
Gencatan senjata serupa sebelumnya gagal bertahan lama dan tidak jelas berapa banyak pejuang yang sebenarnya — dari pemerintah Assad dan pasukan pemberontak utama Suriah di daerah barat daya– yang berkomitmen dalan upaya terkini.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan kesepakatan itu meliputi “pengamanan akses kemanusiaan dan pengaturan hubungan antara oposisi di kawasan dan pusat monitoring yang dibangun di ibu kota Yordania”.
Gencatan senjata itu mestinya bisa membuka jalan menuju upaya perdamaian yang lebih besar, kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang terlibat dalam pembicaraan itu.
“Ini merupakan langkah pertama dalam apa yang kami angankan sebagai pengaturan gencatan senjata dan de-eskalasi yang lebih rumit dan besar bagian barat daya Suriah, pastinya lebih kompleks ketimbang yang diupayakan pada masa lalu”.
Tillerson mengatakan bahwa tujuan-tujuan Amerika Serikat dan Rusia di Suriah “sama persis”. Namun Washington dan Moskow sejak lama berseberangan dengan Rusia mengenai Suriah.
Amerika Serikat sering menyerukan pelengseran Assad, yang disalahkan atas penembakan pengunjuk rasa pada awal konflik dan serangan senjata kimia ke warga sipil.
Sementara Rusia dan Iran merupakan pendukung pemimpin Suriah itu, yang memberi kedua negara itu pijakan strategis di Laut Mediterania.
Terlepas dari gencatan senjata itu, Tillerson mengatakan Amerika Serikat tidak melihat “peran jangka panjang keluarga Assad atau rejim Assad. Dan kami membuat ini jelas bagi semua. Kami pastinya juga menegaskan ini dalam diskusi kami dengan Rusia”. (Ant)
Editor: Stefanus H. Lopis