HAS Hanandjoedin Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

HAS Hanandjoedin
  • Dinilai Penuhi Syarat Berdasarkan UU
  • Catatan Pendukung Minta Dilengkapi

TANJUNGPANDAN, LASPELA – Sosok HAS Hanandjoedin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Belitong. Beliau merupakan pemuda kelahiran Tanjung Tikar 5 Agustus 1910. Tanjung Tikar merupakan sebuah dusun kecil di Desa Sungai Samak, Kecamatan Badau.

HAS Hanandjoedin telah lama dikenal sebagai pahlawan daerah. Bahkan namanya diabadikan menjadi nama bandara HAS Hanandjoedin Buluh Tumbang yang saat ini sudah menjadi bandara internasional.

Kiprahnya di level nasional semasa hidupnya membuat dirinya dianugerahi 14 penghargaan Bintang Jasa dari TNI dan pemerintah. Diantaranya bintang gerilya karena kemahirannya dalam strategi gerilya, dan penghargaan tertinggi bintang garuda. Atas sumbangsih positifnya tersebut, kini namanya diusulkan menjadi pahlawan nasional.

Bupati Belitung Sahani Saleh mendukung sepenuhnya usulan itu. “Ini saatnya Belitung memiliki pahlawan nasional,” kata pria yang akrab disapa Sanem ini pada acara seminar usulan HAS Hanandjoedin menjadi pahlawan nasional di Hotel Biliton, Selasa (25/4/2017).

Sanem juga berterimakasih kepada Hairil Andersen sebagai pihak pengusul. Ia juga sudah bersusah payah mengumpulkan catatan dan menjadikan buku Sang Elang, yang mengisahkan perjalanan hidup HAS Hanandjoedin.

HAS Hanandjoedin adalah pelopor pembentukan AURI. Jasa inilah yang menjadikannya mendapat penghargaan bintang garuda. Pak Hanan, sapaan akrabnya juga pintar, sehingga mampu memperbaiki pesawat. Pernah memperbaiki puluhan pesawat hasil rampasan Jepang dan menyumbangkannya kepada Adisutjipto yang saat itu menjabat Kepala Sekolah Penerbangan Darurat Yogyakarta.

Dalam catatan sejarah, beliau beberapa kali memimpin pasukan sebagai komandan. Di Surabaya (1950), Subang (1951), Bandung (1952), perwira APU 3 MBAU Jakarta (1954). Beliau cukup banyak berganti jabatan hingga tahun 1967 menjadi perwira menengah DP di Staf Lanuma Abdurachman Saleh, Malang.

Sehingga tahun 1967 atas permintaan masyarakat Belitung saat itu, Pak Hanan menjadi Bupati Belitung pertama hingga tahun 1972. Beliau wafat di Tanjungpandan di usia 85 tahun, 5 Februari 1995.

Drs Hotman MSi (Direktur k2ks Kemensos RI) mengatakan, berdasarkan usulan kelompok masyarakat Belitung, Pak Hanan secara garis besar memenuhi syarat berdasarkan undang-undang Republik Indonesia no 20 tahun 2009 tentang gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan.

“Beliau sudah pernah memimpin pasukan. Dari catatan sejarah juga punya jasa secara nasional,” ujarnya.

Ia juga meminta pengusul terus melengkapi catatan pendukung. Misalnya catatan Belanda. Ia mencontohkan, di sebuah daerah lain masyarakat mengusulkan namun tidak memiliki catatan pendukung. Namun tokoh tersebut memiliki catatan lengkap di museum Belanda.

“Nah, saya sarankan coba lihat-lihat lagi apakah disana ada. Meskipun berdasarkan usulan ini sudah cukup lengkap,” jelasnya.

Setelah usulan, proses verifikasi catatan dilakukan Kememsos RI, termasuk dukungan keluarga menjadi bahan pertimbangan. Terakhir masuk di dewan gelar sebelum diusulkan pada Presiden RI.

Ir Eddy Jajang Jaya MM, Dosen Universitas Bangka Belitung tidak meragukan kelayakan HAS Hanandjoedin menjadi pahlawan. Berdasarkan study yang ia buat, poin-poin utama syarat mendapat gelar pahlawan sudah dimiliki oleh beliau.

Ia menilai jasa-jasanya terhadap bangsa sangat luar biasa. Mampu menggerakkan pemuda untuk memperbaiki pesawat rampasan Jepang hingga menerbangkannya. Tepatnya 17 Oktober 1945, Pak Hanan bersama pernerbang Ali menguji coba pesawat Cukiu terbang membelah kota Malang untuk pertama kalinya. Pesawat ini juga sudah diberi logo merah putih.

“Tidak gampang memperbaiki dan menerbangkan pesawat saat itu. Ini hanya bisa dilakukan oleh orang kreatif. Apalagi saat itu mereka tidak dibayar, bahkan makanpun harus berbagi. Ini nilai yang sangat tinggi menurut saya,” ujarnya. (Jun)

Editor: Stefanus H. Lopis