PANGKALPINANG, LASPELA– Ribuan Orang Muda Katolik (OMK) dari berbagai negara di Benua Asia dipastikan akan menghadiri event akbar Asian Youth Day (AYD) ke-7 tahun 2017 yang bakal digelar di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang pada 3-6 Agustus 2017 nanti.
Sebelumnya, para utusan dari berbagai Keuskupan di Indonesia akan mengikuti live in di daerah yang sudah ditunjuk menjadi tempat berlangsungnya live in tersebut pada 30 Juli hingga 2 Agustus. Untuk Keuskupan se-Regio Sumatera, live ini bakal dilangsungkan di Keuskupan Palembang.
Menyongsong gelaran AYD ini, berbagai kesiapan dilakukan oleh Keuskupan-Keuskupan yang akan mengirimkan wakilnya, tak terkecuali Keuskupan Pangkalpinang.
Ketua Komisi Kepemudaan Kevikepan Bangka Belitung (Komkep Babel) RD. Yosef Setiawan dalam diskusi terbatasnya dengan LASPELA mengatakan, AYD bukan wisata rohani, melainkan sebuah ziarah iman. Ziarah menjadi murid dan pewarta kegembiraan serta momentum refleksi untuk juga bersama merawat kebhinekaan Indonesia.
“Merawat kebhinekaan merupakan salah satu isu yang cukup menonjol di AYD tahun ini. Isu kebhinekaan itu juga hari-hari ini menjadi keprihatinan bersama masyarakat Indonesia. Karena itu dalam kunjungan dan tatap muka serta sosialisasi AYD kepada OMK di paroki-paroki se-Babel, saya juga menyelipkan pesan untuk senantiasa belajar merawat kebhinekaan kita,” ujar Romo Yosef ditemui di Pastoran Gereja Katedral Pangkalpinang, Rabu (5/4/2017).
Selain dipanggil merawat kebhinekaan, sambung Romo Yosef, OMK juga dipanggil untuk berani bersaksi, berkomitmen, dan terhubung satu sama lain.
“Itulah mengapa event AYD ini mesti dipandang bukan hanya sebagai seremonial belaka namun sebuah proses pembentukan yang diharapkan memancing orang muda muncul ke permukaan, terlibat, dan peduli pada lingkungan sekitar, serta menghargai kebhinekaan,” tandas mantan parokus Belinyu itu sembari menambahkan, dalam AYD nanti Keuskupan Pangkalpinang akan mengirimkan 25 orang wakilnya.
Lebih lanjut Romo Yosef menyampaikan, hal yang tak kalah penting yang ingin disampaikan dalam sosialisasi pra-AYD ini yakni menghimbau OMK agar tak hanya sebagai penerima pesan tapi juga pencipta pesan.
“Kita mendorong orang muda menjadi pencipta pesan. Menulis pengalaman-pengalaman mereka lalu kemudian membagikannya kepada orang lain. Ini penting karena kalau kita hanya sebagai penerima pesan tanpa menyaring pesan itu terlebih dahulu lalu kemudian memercayainya tentu akan menjadi soal karena dipertentangkan dengan info ini dan itu tanpa tahu mana yang benar,” bebernya.
Budaya Baru
Dia ingin agar momentum AYD ini (sebelum dan sesudahnya-red), menjadi kesempatan untuk menciptakan budaya baru, membagikan kegembiraan kepada seluruh orang muda, bagaimana kepedulian dan cinta kasih yang lahir dari pengalaman konkret itu dibagikan lewat kecanggihan internet yang mampu menghubungkan semua orang muda dari setiap negara dan benua.
“Kabar gembira itu harus dibagikan, bukan hanya milik sendiri,” ujarnya dengan nada biblis.
Di akhir diskusi terbatas itu, dengan mengutip pesan Paus Fransiskus pada event akbar World Youth Day 2016 di Krakow, Polandia, Romo Yosef meminta orang muda di Kevikepan Babel dan Kevikepan Kepri untuk berani meninggalkan zona nyaman, mengambil resiko untuk menjumpai mereka yang membutuhkan perhatian.
“Orang muda itu harus berani keluar. Jangan hanya terlena dengan zona nyaman. Ini tugas bersama kita, mewujudkan sebuah tatanan dunia yang diliputi kepedulian dan cinta kasih,” imbuhnya lagi.
Untuk diketahui, event AYD yang berlangsung 3 tahun sekali itu untuk tahun ini mengusung tema: Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia. (Sukacita orang muda Asia menghidupi injil dalam budaya Asia yang beragam).
Dalam acara inilah berbagai kegiatan menumbuhkan semangat pewartaan dibuat. AYD digagas oleh pembina OMK se-Asia dan disetutuji oleh Federasi Konferensi Uskup-uskup se-Asia (FABC) di bawah kantor komisi Keluarga dan Kerawam bagian kepemudaan.
Stefanus H. Lopis
Wartawan Laskar Pelangi