banner 728x90

Persaingan Pilpres Prancis Kian Memanas

Marine Le Pen. (AFP)
banner 468x60
FacebookTwitterWhatsAppLine

PARIS, LASPELA- Peta kekuatan menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) Prancis bulan depan belum menentu. Kandidat kekuatan ekstrem kanan Marine Le Pen dari Front Nasional masih memimpin jajak popularitas ketimbang para pesaingnya, namun belum menggaransi kemenangan mutlak di pilpres putaran pertama pada 23 April mendatang.

Tetap berusaha mengimbangi peta kekuatan itu, mantan Perdana Menteri (PM) Prancis Manuel Valls, Rabu (29/3), menyatakan dukungan untuk Emmanuel Macron dari partai berhaluan sosialis En Marche!. Sikap Valls mempertegas kecenderungan pilihan politik para pemilih Prancis yang mayoritas belum menentukan sikap.

banner 325x300

Valls juga tidak setuju pada pandangan politik Le Pen dan Front Nasional. ‘’Rakyat Prancis tidak seharusnya mengambil risiko,” ujarnya.

Macron berterima kasih atas dukungan Valls dan kembali mempertegas tujuannya memperbarui wajah politik Prancis. Dukungan Valls bisa jadi memicu amarah Benoit Hamon, kandidat lain dari Partai Sosialis (Socialiste). Sebelumnya Hamon mengalahkan Valls pada pemilihan partai untuk menentukan kandidat dalam Pilpres 2017. Respons negatif juga muncul dari partai sayap kiri dan kanan, yang menilai dukungan Valls kepada Macron sebagai ancaman.

Sejauh ini Le Pen dan Macron dijagokan melaju ke pilpres putaran kedua pada 7 Mei. Beberapa pihak bahkan memprediksi Macron mampu menang dengan selisih 20 persen suara. Namun, sejumlah pengamat menolak kemungkinan tersebut dengan merujuk kondisi politik Amerika Serikat serta Eropa yang bisa mengubah arah politik Prancis.

Sementara itu, peluang menang Francois Fillon, kandidat dari Les Republicains makin turun. Sebelumnya Fillon tampil sebagai pesaing terkuat untuk menghadapi Le Pen. Namun, dukungan untuk Fillon terus merosot seiring kasus hukum berupa tuntutan pennyalahgunaan uang negara senilai US$ 739 ribu (setara Rp 9,8 miliar) untuk menggaji istrinya Penelope Fillon sebagai asisten pribadi ‘’fiktif” di parlemen.

Penelope juga menjadi terdakwa dalam kasus pekerjaan fiktif di majalah sastra Revue des Deux Mondes milik Marc Ladreit de Lacharriere, miliuner teman Fillon. ‘’Penelopegate”, demikian media Prancis menyebutnya, hingga kini terus dibantah pasutri Fillon.

 Hasil Jajak

Survei PrésiTrack OpinionWay /ORPI for Les Echos dan Radio Classique menempatkan Le Pen masih terpopuler dengan dukungan 25 persen suara. Namun, raihan tersebut turun 2 poin dan menjadikannya unggul hanya 1 persen atas Macron yang mengantongi 24 persen suara. Fillon di posisi ketiga (19 persen), disusul Hamon (11 persen). Suara untuk Jean-Luc Mélenchon dari La France Insoumise (LFI) naik menjadi 14 persen.

Survei lain oleh Odoxa menyatakan, 75 persen warga menghendaki Fillon mundur dari pencalonan karena menilainya tidak jujur, tidak meyakinkan, serta tidak memegang teguh komitmen. Namun, responden juga meyakini Fillon tidak akan mundur kecuali dilakukan penyidikan formal terhadapnya.

Pada survei yang sama, publik juga menghendaki Le Pen kalah dalam putaran kedua. Mereka memprediksi kemenangan Macron dengan 63 persen suara. Survei sebelumnya pada 21 Februari, publik menginginkan kemenangan Fillon atas Le Pen dengan raihan 57 persen suara. Kini sekitar 9 persen suara beralih mendukung Macron.

Le Pen dan Macron menggulirkan program berbeda. Misalnya, Le Pen memilih menutup pintu bagi pengungsi dan keluar dari Uni Eropa (UE). Sementara Macron sempat menyuarakan dukungan kepada Kanselir Jerman Angela Merkel yang memutuskan membuka negaranya bagi pengungsi serta bertahan menjadi anggota UE.

Presiden Prancis Francois Hollande sempat menyuarakan ketidaksetujuannya pada program Le Pen. Menurut Hollande, program Le Pen berisiko membawa kerugian bagi warga Prancis sebagai bagian dari masyarakat global. Dalam kunjungan di Singapura sebelum ke Malaysia dan Indonesia, Hollande menyatakan berusaha sekuat tenaga mencegah kerugian tersebut menimpa warga Prancis pada sisa masa jabatannya.

Sumber: harnas.co

 

banner 325x300
banner 728x90
Exit mobile version