ANTON WAHONO is coming back to Bangka Belitung Islands. Itu pesan singkat dari wartawan Mabes Polri begitu ia mendapat copy telegram Kapolri.
Saya segera mengirimkan WA Congratulation kepada Brigjen Anton Wahono yang dipercaya Kapolri Tito Karnavian untuk menjadi Kapolda Kepulauan Bangka Belitung.
“Terimakasih. Saya tetap meminta masukan dari pers agar tugas kami maksimal,” jawab Anton Wahono rendah hati sebagaimana biasa.
Itulah “kedekatan” Anton Wahono dengan Pers: kedekatan dalam kesamaan tugas, mengabdi publik secara berintegritas, akurat dan faktual.
Maka, saya kembali kaget ketika merayakan HUT Brimob, Anton Wahono dengan sangat jernih menandaskan kedirian polisi: “Yakinlah, jika diotopsi, isi jiwa/ruh saya adalah Alquran dan hati saya merah putih.”
Integritas profesional Anton Wahono memang harga mati, setandas harga matinya untuk menjaga NKRI dan loyalitas ketaatannya pada Kapolri.
Integritas lain yang saya jurnal dari Anton Wahono adalah therapi/treatment Anton Wahono terhadap Anggota Polisi yang melanggar hukum.
Seingat saya, tak segan-segan Anton Wahono memasukkan Anggota Polisi yang indisipliner ke dalam sangkar agar jera dan sekaligus menjadi warning untuk polisi lainnya.
Tentu kita semua berharap, integritas kedalam itu juga mengekspresi keluar: diabdikan ke pelayanan publik.
Anton Wahono termasuk pejabat yang cepat membalas pesan singkat dengan respon yang melegakan; seperti konfirmasi informasi dari Kapolri ini hoax atau tidak? Sebagai representasi Polri, Anton Wahono selalu cepat menjawab dengan elaborasinya.
Persoalan tumpang tindih lahan akibat permainan oknum pejabat tertentu dan mengorbankan rakyat, Anton Wahono dengan tegas menyatakan, “Laporkan saja!” Dan Polri akan mengawalnya.
Anton Wahono paling berapi-api ketika disinggung kiprah anggotanya yang beraksi sosial ke masyarakat. Misalnya ketika Sàtbrimob Belitung membuatkan rumah Tokoh Utama Suku Sawang secara bergotong royong. Memang. Ketika Kamtibmas terjaga, energi kepolisian sejatinya bisa “disalurkan” untuk aksi sosial dan ekonomi serta budaya, sebuah antisipasi proxy war.
Last but not least. Kado apakah yang akan kita dan atau Polda persembahkan di HUT Polda kali ini?
Sebagai entitas Negeri Laskar Pelangi yang Serumpun Sebalai tentu tugas bersama menjaga kedamaian di negeri yang penuh harmoni ini menjadi harga mati.
Dalam kedamaian kita bisa merajut kekuatan transformasi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi serta mengeliminasi underground ekonomi dengan baik.
Saya teringat ketika bersama Almarhum Gubernur Eko Maulana Ali bwrjumpa dengan Tomy Winata di Koba Tin Tomy Winata mengeluarkan peta Kepulauan Bangka Belitung sambil menunjuk puluhan titik warna merah di pantai-pantai Babel.
“Mas kalau saja titik-titik itu kita jaga sehingga tidak ada penyelundupan, maka harga timah akan tinggi dan banyak devisa yang diselamatkan,” tandas Tomy Winata di Mei 2007.
Menghentikan penyelundupan memang menjadi keprihatinan kita manakala kita memandngnya dalam perspektif merah putih.
Dan Anton Wahono termasuk Kapolda yang memerangi penyelundupan.
“Penyelundupan dan penambangan yang tidak benar menjadi prioritas saya,” kata Anton Wahono sambil memberi perhatian serius pada pelanggaran penambangan di hutan lindung dan tempat-tempat terlarang.
Kesehatan integritas Polda tersebut diletakkan dalam adagium “Men Sana in Corpore Sano”. Agar jiwa sehat anggota Polda terjaga, Anton Wahono berpesan agar anggotanya berolah raga satu jam sehari.
Maka tak heran ketika para perwira terengah-engah berkompetisi stamina dengan Kapolda Anton Wahono ketika gowes.
Dalam spirit pararel menjaga “jiwa yang sehat terdapat badan yang bugar” semoga Kapolda Brigjen Anton Wahono dan Polda senantiasa menjaga jiwa dan badan Negeri Laskar Pelangi yang Serumpun Sebalai tetap sehat dan bugar. Semoga!
Dirgahayu Bhayangkara Polda Kepulauan Bangka Belitung.