JAKARTA, LASPELA- Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud menanam pohon di lingkungan Istana Kepresidenan. Bersama Presiden Joko Widodo, Raja Salman menanam pohon kayu ulin atau kayu besi (eusideroxylon zwageri).
Raja Salman sebelum menanam pohon bertemu dengan tokoh-tokoh umat Islam di Istana Merdeka. Ia lalu keluar istana dengan menaiki mobil golf yang dikendarai oleh Presiden Joko Widodo untuk tiba di halaman Istana Merdeka, Kamis (2/3/2017).
Dengan mengenakan jubah kebesaran (bisht) warna cokelat madu dengan ornamen keemasan pada kerah dan lengan lengkap dengan penutup kepala itu, Raja Salman berjalan bersama Presiden Joko Widodo yang mengenakan kemeja batik lengan panjang warna cokela menuju tempat penanaman pohon yang sudah disiapkan.
Presiden bahkan berjongkok untuk memindahkan tunas pohon ulin sebelum akhirnya dibantu oleh protokoler istana.
Rasa Salman selanjutnya memasukkan tanah dengan sekop yang sudah disediadakan dibantu ajudan Presiden, menyusul Presiden juga menyendokkan tanah dengan sekop tersebut.
Meski disediakan wadah air untuk menyiran tunas pohon, tapi Raja Salman tidak menggunakannya dan langsung meninggalkan tempat penanaman, bergandengan dengan Presiden Joko Widodo.
Ia pun langsung masuk ke mobil untuk kembali ke hotel Raffles, Jakarta untuk beristirahat.
Usai mengantar Raja Salman meninggalkan Istana, Jokowi kembali ke lokasi penanaman pohon tersebut. Setibanya di lokasi, Jokowi mengambil gayung yang terbuat dari batok kelapa.
Gayung itu digunakan untuk mengambil air dari wadah berwarna emas yang ada di sisi kiri pohon. Sambil menyiram pohon, Jokowi mengungkapkan makna di balik pemilihan pohon asal Kalimantan itu.
“Ini kayu paling kuat. Ini kayu ulin, kayu besi, yang paling kuat. Supaya hubungan kita menjadi kuat sekali. Sekuat kayu ini,” kata Jokowi.
Beberapa menteri Kabinet Kerja menyaksikan Jokowi menanam pohon Kayu Besi itu. Di belakangnya terlihat Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Sekretaris Kabinet Pranomo Anung, dan Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi.
Sumber: Antara
Editor : Stef H. Lopis