PANGKALPINANG, LASPELA- Gerakan Pemuda (GP) Ansor wilayah Bangka Belitung (Babel) menyatakan menolak radikalisme dan intoleransi di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan meminta aparat tidak memberi ruang kepada gerakan anti pancasila dan intoleransi serta mengimbau masyarakat agar tidak terbawa arus kepentingan.
Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Babel Masmuni Mahatma di Pangkalpinang, Kamis (19/1/2017) mengatakan, menolak dengan tegas perilaku sosial intoleransi, radikalisme, terorisme, dan berbagai bentuk kekerasan yang dibalut atas nama keagamaan.
Situasi terkini di Nusantara dan di Babel pada khususnya, kata Masmuni, perlu disikapi dengan bijak dan seksama, jeli mengambil sikap dalam bertindak, sehingga tidak terprovokasi oleh kepentingan kelompok atau organisasi tertentu dengan tujuan memecah belah persatuan bangsa.
“Kita menolak perilaku sosial intoleransi, radikalisme, dan segala bentuk kekerasan yang dibalut atas nama keagamaan,” tegasnya saat menggelar konferensi pers di Hotel Puri 56 Pangkalpinang.
Masmuni yang saat itu didampingi para pengurus GP Ansor Babel lantas meminta seluruh stakeholder dan pemangku kebijakan untuk tidak memberi ruang bagi kelompok intoleran di Bumi Serumpun Sebalai.
“Kami minta kepada gubernur, ketua DPRD , KAPOLDA, serta seluruh steakholder untuk tidak memberikan ruang kepada kelompok intoleran, yang anti Pancasila, Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) dan UUD 1945,” katanya.
Pernyataan sikap GP Ansor Babel untuk menolak gerakan intoleransi tidak main-main. Bahkan mereka (Ansor Babel-red) meminta pemerintah pusat dalam hal ini Presiden Republik Indonesia dan kementerian dalam negeri untuk dapat membubarkan organisasi masyarakat yang bersifat radikal.
“Kita harap ada reaksi nyata dari pemerintah pusat, karena sudah sangat meresahkan kerukunan,” katanya memungkasi.
Kepada wartawan, Masmuni Mahatma menyampaikan rencananya, untuk menggelar aksi damai guna menyampaikan pernyataan sikap yang sudah di sepakati oleh seluruh pengurus Ansor bangka Belitung. (stf)
Editor: Stefan H. Lopis