PANGKALPINANG- Wali Kota Pangkalpinang nonaktif yang juga Calon Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Muhammad Irwansyah, menegaskan kesiapannya untuk menjadikan lada primadona di Babel.
Penegasan tersebut disampaikan Irwansyah ketika menyampaikan kampanye politiknya di hadapan konstituen belum lama ini.
“Lada merupakan salah satu hasil pertanian rempah-rempah cukup potensial karena keberadaannya hingga saat ini masih sangat diperhitungkan. Mengingat potensi menjanjikan ini, saya siap menjadikan tanaman lada primadona di Babel sebagai salah satu daerah penghasil lada di Indonesia,” kata politisi muda itu.
Irwansyah mengakui, harga lada di pasaran memang cukup tinggi, dan permintaan konsumen terhadap penjual atau tengkulak dan pengepul lada juga sama tingginya.
Meski begitu, dirinya menyayangkan pembudidayaan tanaman lada yang dinilainya belum maksimal. Atas dasar itu, pria yang akrab disapa Wawan ini berjanji akan membudidayakan lada secara besar-besaran terutama bagi para petani lada Babel.
“Lada di Babel ini sangat potensial mensejahterakan masyarakat jika pembudidayaannya dilakukan secara teratur dan kontinyu. Saya siap mengembalikan kejayaan lada di Babel jika terpilih bersama pak Rustam Effendi sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Babel pada 15 Februari mendatang,” tukas Wawan.
Untuk mewujudkan komitmen mengembalikan kejayaan lada Babel, memang dibutuhkan sinergitas pemerintah dan stakeholder terkait.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan (Distanbunnak) Provinsi Bangka Belitung (Babel), Toni Batubara menegaskan, pihaknya pada tahun 2017 ini fokus membantu petani lada.
Toni kepada wartawan belum lama ini mengatakan, untuk meningkatkan produktivitas dibutuhkan perlakuan maksimal dari petani terhadap tanaman lada.
“Meski dengan anggaran di Distanbunnak yang tergolong minim, tapi kami akan berusaha memaksimalkannya,” tandasnya.
Komitmen Muhammad Irwansyah dengan didukung pernyataan Kepala Distanbunnak Babel mengembangkan komoditas lada pantas diapresiasi.
Sebab, faktanya belakangan ekspor lada Babel mengalami penurunan di 2016 dibandingkan tahun 2015 lalu. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI), ekspor lada di 2015 mencapai 7500 ton, sementara pada tahun 2016 ekspor lada sampai akhir tahun hanya 6500 ton.
Bertolak dari kenyataan tersebut, sudah selayaknya peningkatan terhadap kualitas lada tidak berhenti di level retorika namun teraplikasi dalam aksi nyata. (adv/wwn)