BOGOR, LASPELA– Empat kali sudah skuat ‘Merah Putih’ melepas kesempatan menjuarai Piala AFF. Pelatih Indonesia Alfred Riedl pun ingin pasukannya mengubah memori buruk itu menjadi sejarah emas kala menghadapi Thailand di partai final.
Pelatih asal Austria berusia 67 tahun itu menilai Boaz Solossa dan kawan-kawan berpeluang mengakhiri paceklik gelar. Meski sempat dipandang sebelah mata, mereka mampu menapak partai puncak bertemu tim ‘Gajah Putih’ dan laga pertama digelar di Stadion Pakansari, Bogor, malam hari ini.
Di awal turnamen, Indonesia bukanlah tim yang diunggulkan untuk menyentuh final. Bahkan, lolos dari fase grup pun tak seorang pun berani membayangkannya. Bagaimana pun, ini adalah tim yang baru lepas dari sanksi FIFA akibat imbas dari pembekuan PSSI.
Persiapan Boaz Solossa dkk juga terbilang minim. Hanya sekitar dua bulan. Belum lagi, pelatih Timnas Indonesia Alfred Riedl hanya diperbolehkan membawa dua pemain dari tiap klub, yang merupakan regulasi PT Gelora Trisula Semesta (GTS) sebagai operator Indonesian Soccer Championship (ISC).
Sementara itu, Thailand merupakan favorit utama untuk meraih gelar AFF tahun ini. The War Elephants (Gajah Perang, julukan Thailand) dihuni pemain-pemain berkualitas seperti Teerasil Dangda, Chanathip Songkrasin, dan Sarawut Masuk, yang sudah berkumpul lebih dari setahun.
Alhasil, Thailand tak terbendung. Lima pertandingan beruntun di Piala AFF 2016 diakhiri dengan kemenangan, termasuk saat mencukur Myanmar 4-0 di leg kedua semifinal di Bangkok, 8 Desember lalu. Bahkan, The War Elephants menjadi tim paling produktif dengan torehan 12 gol, di mana lima di antaranya dicetak Dangda dan membuatnya berada di urutan teratas daftar top scorer sementara. Ia harus dihentikan.
Malam nanti menjadi final kelima Indonesia di turnamen dua tahunan antarnegara Asia Tenggara ini. Pada empat final sebelumnya, trofi juara selalu lepas dari genggaman, yakni pada 2000, 2002, 2004, dan 2010.
Targetkan Kemenangan
Kendati demikian, Riedl yang menukangi Indonesia di Piala AFF 2010, bertekad memberikan kemenangan di leg pertama guna memudahkan langkahnya untuk pertemuan kedua di Bangkok pada 17 Desember. Pelatih asal Austria ini juga tak ambil pusing terkait kritik terhadap gaya kepelatihannya.
“Bagaimana pun cara bermain kami, yang pasti kemenangan selalu menjadi target di setiap pertandingan. Saya tipe orang yang percaya dengan kemampuan diri sendiri dan selalu optimistis,” kata Riedl dalam jumpa pers pralaga, Selasa (13/12).
Pelatih berusia 67 tahun itu berambisi membalas kekalahan 2-4 dari Thailand di laga perdana babak penyisihan Grup A. Riedl menganggap bahwa kekalahan itu bukan acuan untuk memprediksi hasil pertandingan leg pertama.
“Saat itu kami bermasalah dengan fisik pemain dan pertandingan pertama memang selalu sulit. Tapi kami sudah jauh lebih berkembang dalam segala hal. Kami harus menang dan membuat sejarah untuk negara ini (Indonesia),” tegasnya.
Di sisi lain, pelatih Thailand Kiatisuk Senamuang meyakini final melawan Indonesia tidak akan mudah. Dukungan suporter tuan rumah dinilai menjadi salah satu kekuatan tambahan bagi Indonesia.
“Saya berharap pertandingan nanti berjalan menarik dan terbuka. Indonesia tentu mengincar kemenangan di kandang, tapi kami akan berusaha bermain bagus,” ujar pelatih berusia 43 tahun itu.
Dalam jumpa pers yang sama, Kiatisuk juga mengonfirmasi bahwa Dangda, Tanaboon Kesarat, dan Prathum Chutong, sudah pulih dari cederanya masing-masing. “Semua dari 23 pemain kami sudah siap, termasuk tiga yang kemarin cedera. Mereka siap dimainkan,” jelasnya.
sumber: harnas.com