PANGKALPINANG, LASPELA- Di penghujung tahun 2016, Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada bulan November 2016 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,61% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, Babel mengalami inflasi tahunan sebesar 6,61% (yoy) atau sebesar 5,10% (ytd) jika dilihat berdasarkan inflasi IHK secara kumulatif (Januari-November).
“Inflasi bulan November lebih disebabkan karena adanya shock yang terjadi pada stok bahan makanan,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Babel Bayu Martanto dalam keterangan tertulis yang diterima LASPELA, Senin (5/12/2016).
Bayu menjelaskan, selama November 2016, kedua kota sampel inflasi Bangka Belitung mengalami inflasi. Kota Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 0,56% (mtm), berlawanan dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,34% (mtm).
Sementara Kota Tanjungpandan mengalami inflasi sebesar 0,70% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya mengalami inflasi 0,31% (mtm). “Secara tahunan Kota Pangkalpinang dan Tanjungpandan masing–masing mengalami inflasi 7,37% (yoy) dan 5,26% (yoy),” ujarnya.
Berdasarkan disagregasi inflasi, Inflasi pada bulan ini bersumber dari kelompok volatile food dan inti yang mengalami inflasi masing–masing sebesar 2,17% (mtm) dan 0,06%(mtm).
Inflasi volatile food disebabkan oleh melonjaknya harga cabai rawit, cabai merah udang basah dan sayuran diantaranya kangkung, ketimun dan sawi hijau. Sedangkan inflasi komoditas inti disebabkan oleh naiknya harga komoditas kemeja pendek katun.
Sementara itu, kelompok administered price pada bulan November 2016 mengalami deflasi sebesar 0,42% (mtm) yang disebabkan antara lain oleh rendahnya tarif angkutan udara.
Inflasi Desember Meningkat
Tekanan inflasi di bulan Desember 2016 diperkirakan masih akan meningkat dikarenakan adanya hari besar keagamaan dan perayaan akhir tahun yang akan mendorong jumlah permintaan. Selain itu, risiko gagal panen dan terbatasnya aktivitas nelayan seiring meningkatnya curah hujan dan tinggi gelombang di Bangka Belitung berpotensi membatasi jumlah pasokan.
“Di penghujung tahun, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan memperkuat koordinasi antar instansi untuk memitigasi risiko inflasi yang muncul setiap akhir tahun. Meningkatkan pasokan bahan pangan dan memperlancar arus distribusi barang merupakan langkah penting yang harus dilakukan, karena secara historis permintaan akan meningkat pada akhir tahun dan akan mempengeruhi pembentukan harga,” beber Bayu Martanto.
Selain itu, jelas Bayu, melakukan edukasi kepada masyarakat agar bijak dalam berkonsumsi juga merupakan langkah yang tidak kalah penting.
Dalam jangka pendek, upaya pengendalian inflasi akan dilakukan melalui implementasi program pasar murah dan koordinasi dengan distributor dan maskapai penerbangan untuk pengendalian harga.
“Ke depan roadmap Pengendalian Inflasi Daerah yang sudah disusun semestinya dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program kerja dan anggaran dan dilakukan secara konsisten agar upaya pengedalian inflasi di Bangka Belitung dapat berjalan secara maksimal” tutup Bayu. (rilis)
Editor: Stefan H. Lopis