JAKARTA, LASPELA- Pijat memang terasa enak dan membuat badan rileks. Tetapi, pijat atau urut juga ternyata berpotensi merangsang timbulnya tumor tulang ganas. Dokter spesialis bedah ortopedi dan traumatologi konsultan Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ), Franky Hartono, mengatakan, urut sangat berbahaya jika tidak dilakukan secara tepat dan sesuai kondisi tubuh.
Seringkali kasus patah tulang yang disebabkan oleh keropos tulang atau osteoporosis pun ditangani dengan urut. Kebiasaan urut ini lebih banyak di pedesaan karena minimnya pengetahuan maupun akses terhadap fasilitas kesehatan.
Namun, tanpa disadari, pijat ternyata membawa malapetaka. Kasus di SHKJ memperlihatkan pijat berujung pada tumor tulang ganas. Pada salah satu kasus, pasien anak yang terjatuh sebelumnya tidak dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penangana medis, tetapi diurut. Dua bulanan kemudian, anak tersebut ternyata terdiagnosa mengalami kanker tulang ganas.
“Pijat memang tidak secara langsung menyebabkan tumor, tetapi karena adanya inflamasi yang dirangsang, sehingga selnya berontak. Sel kemudian berkembang biak tidak terkontrol, dan bisa terjadi sel kanker. Kasus ini seringkali terjadi,” kata Franky.
Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi SHKJ, Karina Besinga, menambahkan, keropos tulang bisa disebabkan tumor. Artinya pasien yang mengalami keropos tulang dan terjatuh sudah memiliki bibit tumor sebelumnya. Tumor ini kemudian berkembang menjadi ganas karena terprovokasi saat pasien jatuh.
“Ada kasus, anak jatuh karena main bola dengan posisi terduduk. Bagi mata awam ini jatuh biasa, tetapi setelah pemeriksaan X-Ray sangat jelas ternyata mengalami patah tulang. Terjadi pengereposan tulang di situ,” tukas Karina.
Ditangani Ahlinya
Menurut Karina, penanganan patah tulang yang tepat harus dilakukan oleh ahlinya. Ahli ortopedi akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan ada tidaknya tumor. Jika diurut, tumor tersebut akan semakin ganas, lalu terjadi pembesaran.
Ia mengatakan, mendiamkan keropos tulang dan tidak segera diatasi oleh ahlinya akan berimplikasi pada patah tulang. Pada beberapa kasus, pasien mengabaikan patah tulang dalam waktu lama, dan memilih ke tukang urut.
Setelah tak kunjung sembuh, pasien baru datang ke dokter. Tetapi, pada sebagian kasus datang dalam kondisi sudah terlambat. Akibatnya tulang semakin keropos, ukuran otot mengecil, sulit dioperasi, dan peluang untuk sembuh lebih kecil.
“Jadi, sebelum terjadi patah tulang berat atau lepas sendinya, jangan ditunda ke dokter, apalagi diurut dalam waktu lama,” tutupnya.
Beritasatu