Jangan menyerah
Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi
Kita pasti pernah
Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
Tak ada artinya lagi
—D’ Masiv—
PANGKALPINANG, LASPELA- HIDUP adalah anugerah yang seyogyanya disyukuri. Dan apa pun keadaannya wajib tetap dijalani dengan melakukan yang terbaik.
Itulah spirit yang digemakan oleh d’Masiv, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Rustam Effendi, Kordinator Bidang Pidana Khusus ( Pidsus ) Kejati Babel Iwan Setiawan, Kepala Dinas Pendidikan Prov Babel M Saleh, Mewakili Walikota, Fitriansyah, Kepala Dinas Pendidikan Kota Edison Taher, Ny Dessy Ayu Trisna Irwansyah, Ny. Ketua Ikatan Istri Karyawan PT Timah Tbk Elise Pahlevi, Ketua CSR PT Timah Tbk Subuh Wibisono, Ketua YPAC Pangkalpinang Andi Fikri, Ketua Panitia Endang Sri Hastuti, Pembina Norma Pasaribu dan para pembina serta puluhan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya.
Pejabat dan undangan Acara Motivasi Kreativitas Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) itu menyanyi dengan iringan organ yang tutsnya dimainkan dengan jemari kaki Salwa (15 Tahun) karena ia tidak memiliki kedua tangan sebagaimana anak-anak normal lainnya.
Mata Gubernur dan undangan pun berkaca-kaca menyaksikan realita betapa Salwa luar biasa. Permainan organnya yang luar biasa dipastikan buah perjuangannya yang luar biasa pula; menerjang “keterbatasan” mencipta diluar dugaan.
Trenyuh dan Bangga
“Tuhan menganugerahkan semuanya ini tentu ada rahasia tertingginya. Yang baik bagi Allah tentu baik bagi manusia,” simpul Gubernur Rustam Effendi sesudah menyaksikan betapa luar biasanya anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) tersebut mengekspresikan dirinya.
Pemerintah, swasta dan kita semua, kata Rustam Effendi, hendaknya terpanggil untuk memberikan ruang seluas-luasnya bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus sebagaimana diamanahkan oleh Undang-undang agar setara dengan anak-anak pada umumnya.
“Melihat penampilan anak-anak (ABK, red) tadi, kita trenyuh sekaligus bangga. Anak-anak kita tadi tidak bisa mendengar suara musiknya, namun dengan kemampuan luar biasanya mereka bisa menari Zapin Melayu dengan sempurna. Sementara kita yang bisa mendengar, diberi instruksi baik pun kadang tidak bisa melaksanakannya,” ungkap Rustam Effendi memberikan apresiasi.
Orang nomor satu di Negeri Serumpun Sebalai itu memberikan motivasi, “Jangan menyerah anak-anakku! Berbanggalah dan berjuanglah terus! Kalian anak-anak yang luar biasa!”
M. Soleh mencatat, ada sekitar 6.000 ABK di Kepulauan Bangka Belitung dan 3.000 di antaranya berusia sekolah. “Kita semua berharap anak-anak kita (ABK, red) bisa mengatasi keterbatasannya dan mampu masuk ke 170an sekolah inklusif di Babel bersama anak-anak normal lainnya.
Panggilan Hati
Ketua YPAC Andi Fikri berterima-kasih kepada PT Timah Tbk dan semua donatur baik tetap maupun tidak tetap yang memungkinkan terselenggaranya pendampingan terhadap ABK di Kota Pangkalpinang. “PT Timah Tbk adalah milik kita semua dan untuk kita semua. Terima-kasih CSRnya untuk anak-anak berkebutuhan khusus.”
Kepada pemerintah, Andi Fikri meminta agar tenaga bantuan pendidik PNS yang ,” ditempatkan di YPAC jangan ditarik dulu. “Kami masih sangat membutuhkannya karena keterbatasan donasi yang per bulannya kurang dari Rp 10 juta padahal biaya operasional lebih dari itu,” ungkap Andi Fikri.
Guru-guru YPAC, kata Andi Fikri, setia mendampingi anak-anak semata-mata panggilan jiwa. Rita misalnya sudah 25 tahun mengabdi di YPAC. “Semata-mata karena panggilan hati. Kami ingin memajukan dan menyetarakan anak-anak berkebutuhan khusus sehingga sama dengan anak normal lainnya,” kata Rita menjawab pertanyaan Dodo Dio yang menjadi MC pada acara tersebut.
Demikian pula Yogi yang pernah magang di sekolah modern yang serba ada ternyata justru terpanggil untuk membaktikan dirinya secara berbeda di YPAC.
Motivasi kreatif SLB YPAC Pangkalpinang diselenggarakan di Gedung Hamidah, 4 Oktober 2016.
Menurut Norma Pasaribu, selaku Pembina YPAC acara ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat dan kepercayaan diri dari anak berkebutuhan khusus (ABK).
Penulis: -Agus Ismunarno
–Linda