PONOROGO, LASPELA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus mematangkan konsep Sekolah Sehari Penuh (Full Day School). Setelah selesai, program ini segera diujicobakan di beberapa provinsi yang sekolah-sekolahnya telah siap.
Meski demikian, pemerintah tidak akan memaksakan sekolah mengikuti program Full Day School. Uji coba dilakukan terutama terhadap sekolah yang berada di kota, dan hanya untuk sekolah yang sudah siap.
“Setelah dievalusi, kemudian kita coba. Tidak semua sekolah menerapkan Sekolah Sehari Penuh. Akan dicoba di 1, 2, 3, 4 provinsi terlebih dahulu,” ujar Presiden Jokowi di Ponorogo, Jawa Timur, Senin (19/9/2016) lalu.
Presiden mengatakan, program ini dilakukan karena pemerintah ingin bahwa masalah etika dan sopan santun betul-betul diterapkan di dalam kurikulum maupun kegiatan ektra kurikuler.
“Jadi kenapa full day itu dilakukan karena kita ingin pendidikan etik kita, pendidikan budi pekerti, sopan santun, karakter kerja keras, karakter optimis itu ada di anak-anak kita. Itu penting sekali, terutama untuk basis di TK, SD, SMP. Nanti tanya teknisnya ke Mendikbud, saya kira sudah siap ya,” jelas Presiden.
Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan Sekolah Sehari Penuh adalah cara pemerintah mendongkrak pendidikan yang masih rendah. Full Day School, tambah Muhadjir juga berdampak bagus bagi sekolah swasta. Menurutnya, jika Sekolah Sehari Penuh ini sukses maka status sekolahnya akan ditingkatkan.
“Kalau ini memang base practicenya bagus kenapa tidak. Kalau swasta mengalami dampak bagus dengan full day ini, kenapa tidak kita naikkan statusnya,” ucap Muhadjir.
Sumber : setkab.go.id