Tips Agar Komunikasi di Medsos Jadi Efektif dan Menyenangkan

Prof. Dr. Johanes Ohoitimur MSC (foto/hidupkatolik)

MANADO, LASPELA— Maraknya ujaran kebencian (hate speech) di berbagai kanal media sosial (medsos) selama ini yang berpotensi menimbulkan konflik di tengah masyarakat, membuat Pastor Prof Dr Johanes ‘Yong’ Ohoitimur MSC, Guru Besar Filsafat Metafisika pada Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng-Sulawesi Utara angkat suara.

Dia menilai, ungkapan penuh kebencian, caci maki, ancaman, dan ungkapan negatif lainnya akan membuat komunikasi jadi negatif. Hal ini, menurutnya, disebabkan karena hilangnya respek atau suasana dengan kualitas moral yang baik.

“Jadi, ungkapan-ungkapan yang memuji atau pun yang menghina atau mencaci sebetulnya tidak benar-benar mencerminkan etika para netizen, karena tidak menyentuh totalitas pribadi seseorang,” ujarnya seperti dilansir laman kawanuanews.co, Kamis (08/09).

Pastor Ohoitimur lalu memberi ilustrasi tentang suasana di tempat kerja yang dipenuhi gosip, kata-kata kasar dan kotor. Suasana kerja yang seperti itu, katanya,  jelas menunjukkan bahwa kantor tersebut kehilangan suasana moral yang baik.

“Hal yang sama terjadi juga pada media sosial di cyber world, dunia maya,” imbuhnya.

Karena itu, supaya komunikasi yang terbangun di media sosial jadi efektif dan menyenangkan, doktor dari Fakultas Filsafat Universitas Gregoriana, Roma (Italia) ini menyarankan agar apa yang hendak ditulis dan dibagikan di media sosial sungguh benar, bermanfaat dan filter.

Dia mengajak para netizen untuk mengukur apa yang ditulis, apakah itu ‘benar’ atau baik dalam arti menghargai orang lain. Kedua, ukur apakah yang akan ditulis dan dibagikan ‘bermanfaat’, paling kurang dianggap bermanfaat bagi pembaca, dan ketiga, jika yang hendak ditulis berupa kritikan yang akan dikemukakan kepada seseorang atau informasi suatu kejadian, ‘filter’ itu sebaiknya dipakai.

“Filter etis ini relevan juga jika kita ingin menyangkal pendapat atau tindakan seseorang,” tandas Ohoitimur.

Ohoitimur menyadari bahwa komunikasi merupakan wujud ekspresi diri, komunikasi menjadi ciri khas adanya kehidupan. Dia berharap, para pengguna media sosial mengolah emosinya agar berkualitas. “Sebab kualitas komunikasi ditentukan oleh kualitas emosi. Emosi positif membuat komunikasi baik dan menyenangkan, emosi negatif membuat komunikasi buruk dan menyakitkan,” pungkasnya.

Stefan HL/Laspela