JAKARTA, LASPELA– MENKO Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan rencana pemerintah untuk meluncurkan paket kebijakan ekonomi ke-13 yang kemungkinan akan tuntas awal pekan depan. Darmin lantas menyoroti realita perekonopmian global yang saat ini sedang sulit.
Di tengah keterpurukan tersebut, dia menawarkan solusi. Memprioritaskan sektor pariwisata dan perikanan diakuinya sebagai pilihan tepat untuk pembangunan. Kedua sektor itu dinilai paling mudah dikembangkan untuk meraup investasi, karena sudah memiliki pasar potensial di dalam negeri.
“Karena pasarnya ada, itu lebih mudah didorong investasi, pariwisata kita punya perikanan banyak dijual di luar negeri,” ucap Darmin.
Kemudian, kata Darmin, sektor lainnya yang dapat dikembangkan adalah bidang farmasi. “Lalu industri yang paling besar permintaannya adalah farmasi karena sektor ini didorong pemerintah berapa dana yang disediakan pemerintah dan pemakaian obat,” ujarnya.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2016 dapat mencapai 5,2%, sementara Bank Indonesia memperkirakan ekonomi akan tumbuh di 5-5,4% pada tahun ini.
Paket Kebijakan Ekonomi Ke-13 Berisi E-Commerce dan Perumahan
Terkait paket kebijakan ekonomi ke-13, ungkap Darmin, akan berisi dua garis besar substansi yakni insentif untuk pengembangan perdagangan dalam jaringan atau daring (e-commerce) dan deregulasi bidang perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Sebelumnya, sejak September 2015, pemerintah sudah mengeluarkan 12 paket kebijakan ekonomi. Dalam pertemuan dengan puluhan kepala daerah tersebut, Darmin mencoba meyakinkan bahwa 12 paket kebijakan ekonomi yang telah diambil sebelumnya sudah berjalan.
Sesuai sasaran awal, kata dia, seluruh paket kebijakan tersebut telah mendorong reformasi struktural terutama untuk memperbaiki iklim investasi dan usaha. “Kita mencoba mempermudah sistem penyelenggaraan, karena peran dunia usaha dan investasi juga penting untuk mendorong pembangunan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (3/8) malam.
Menurut dia, saat ini perekonomian global sedang sulit, termasuk juga berbagai tantangan yang mendera negara-negara maju. Bahkan, kata dia, negara maju juga belum menemukan solusi jitu untuk keluar dari lesunya pertumuhan ekonomi.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Juli 2016 lalu baru saja merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,1%, lebih rendah 0,1% untuk tahun ini. (*/)