-
Tidak Perlu Iri dan Melawan Belitung
-
Bangka Jadi Destinasi Wisata Ketiga
-
Potensi Wisata Tersembunyi Perlu Diasah
-
Nature dan Chinese Cultur Jadi Unggulan
HERMAWAN KARTAJAYA, Pakar Marketing yang juga President Markplus Inc sesudah mengunjungi sejumlah tempat di Pangkalpinang dan Bangka serta berbicara dengan berbagai kalangan menegaskan, “Pangkalpinang, Bangka sangat WOW!”
Ia juga berkesimpulan, Pangkalpinang hendaknya menjadi destinasi ketiga wisatawan Tiongkok sesudah Bali dan Manado. “Jadi potensi-potensi pariwisata di Kota Pangkalpinang dan Bangka yang masih tersembunyi perlu digosok, sehingga menjadi chinese heritage yang unggul dan bisa ‘dijual’ ke Tiongkok,” kata Hermawan, Senin (24/7-2016) lalu.
“Chinese Heritage itu dimulai dari datangnya orang-orang Chinese abad 17 yang didatangkan ke Bangka untuk bekerja di tambang timah. Ternyata mereka multi talent. Chinese Heritage yang kuat ini perlu diasah.” katanya.
Selama tiga hari di Pangkalpinang atas undangan Walikota Pangkalpinang Muhammad Irwansyah, Hermawan Kartajaya ditemani Ketua Bapeda Pemkot Pangkalpinang Agung Yubi Utama dan Kepala Dishubparpora Pemkot Pangkalpinang, Akhmad Elvian serta Agus Ismunarno, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Media Satya NEGERI LASKAR PELANGI.
Hermawan Kartajaya juga berkesempatan diterima oleh Gubernur H Rustam Effendi di rumah dinas gubernur. Pada kesempatan itu, Gubernur Rustam Effendi menyampaikan sektor pariwisata merupakan prioritas yang didorong. Sesudah berhasil dengan penetapan KEK di Belitung, Gubernur juga menindaklanjuti KEK Pariwisata Bangka.
Hermawan Kartajaya mengunjungi Kawasan Wisata Tanjungbunga yang menampilkan harmoni tempat ibadah Konghucu, Hindu dan akan dibangun pula Masjid serta Gereja. Ia juga kagum terhadap Puri Tri Agung yang menghadap ke laut dan dikelola oleh berbagai pribadi dari berbagai agama.
“Bangka ini real Pancasila. Bangka Belitung ini real Indonesia!” sanjung Hermawan Kartajaya atas harmoni yang ia saksikan.
Dua etnis Melayu dan Tionghoa di Bangka Belitung itu membaur dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan budaya dan agama kedua suku ini juga terus berjalan.Untuk budaya Tiongkok, u kegiatan yang rutin digelar setiap tahun di Pangkalpinang yakni tradisi Peh Cun, ritual Ceng Beng dan pertunjukan Barongsai. Sementara untuk budaya Melayu ada tradisi Nganggung, ruwahan, pawai ta’aruf dan sebagainya.
Ia berpendapat, “Bangka tidak perlu iri atau melawan Belitung. Bangka harus kembangkan wisatanya melebihi Belitung yang kini telah dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di Tanjung Kelayang dengan potensi wisata konfigurasi batu-batu raksasanya. Potensi konfigurasi batu-batu raksasa itu juga dimiliki Bangka. Added valuenya (nilai tambah) adalah Chinese Heritage yang perlu dihidupkan dan dikembangkan.”
Jadi, kata Hermawan, Bangka harus cerdas mengambil keuntungan dari Bellitung. “Bangka jangan hanya mengembangkan nature saja. Kembangkan juga culture yang unik tadi” kata Hermawan.
Heritage yaitu warisan (budaya) masa lalu, apa yang saat ini dijalani manusia, dan sesuatu yang seharusnya diestafetkan dari generasi ke generasi. Umumnya karena dikonotasikan mempunyai nilai sehingga patut dipertahankan atau dilestarikan keberadaannya.
Heritage ditulis sebagai sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa atau negara selama bertahun-tahun dan diangap sebagai bagian penting dari karakter mereka.
Dalam buku Heritage: Management, Interpretation, Identity, Peter Howard memaknakan heritage sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya material maupun alam.
Hermawan Kartajaya menilai rencana pembangunan miniwall yang mengelilingi Pekuburan Sentosa akan sangat menarik. Pembangunan mini wall itu menegaskan kekhasan dan kekuatan chinese heritage yang bisa langsung dipromosikan ke wisatawan Tiongkok.
Content Marketing
Hermawan Kartajaya juga menyegarkan konsep promosi dan marketing pariwisata. “Dulu mempromosikan pariwisata itu dengan above the line dan below the line. Kini, dengan kemajuan internet dan smaart phone pola pemasaran berubah dari context marketing menjadi content maketing,” kata Hermawan.
Pangkalpinang sebagai Kota Utama atau Ibukota Provinsi, kata Hermawan, harus mengisi contentnya dengan menjalin titik titik potensi pariwisata sehingga menjadi daya tarik termasuk hinterlandnya yaitu Bangka maupun Bangka Tengah.
Kepada Walikota M Irwansyah, Hermawan juga menyampaikan beberapa kunci keberhasilan pariwisata Pangkalpnang Bangka. Sedang Walikora M Irwansyah langsung mengemukakan menjadikan daerah yang dipimpinnya sebagai salah satu destinasi wisata utama di Indonesia.
Walikota Irwansyah mengatakan, kehadiran Pakar Marketing Hermawan Kartajaya itu dalam rangka mempromosikan dan mengemas potensi pariwisata. “Ada informasi ada sekitar 140 juta warga Tiongkok yang keluar negeri untuk kepentingam pariwisata, tetapi yang berkunjung ke Indonesia hanya satu juta orang. Padahal pariwisata Indonesia tidak kalah dengan negara lainnya,” kata Irwansyah Rabu (27/7).
Untuk mendukung kegiatan wisata, terutama menarik wisatawan asal Tiongkok, Wali kota Irwansyah juga berencana memberikan pelajaran tambahan bahasa Mandarin untuk siswa SMP dan SMA. Kedepannya mata pelajaran tersebut akan menjadi pelajaran wajib.
“Tambahan pelajaran bahasa Mandarin ini juga dalam rangka menghadapi masa depan dunia yang hanya akan didominasi dua poros yakni Amerika dan Tiongkok,” katanya.
Kedua suku itu membaur dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan budaya dan agama kedua suku ini juga terus berjalan.Untuk budaya Tiongkok, kegiatan yang rutin digelar setiap tahun di Pangkalpinang yakni tradisi Peh Cun, ritual Ceng Beng dan pertunjukan Barongsai. Sementara untuk budaya Melayu ada tradisi Nganggung, ruwahan, pawai ta’aruf dan sebagainya.
Di sisi lain, saat ini turis Tiongkok mulai membanjiri Indonesia. Namun selama ini mereka baru mengunjungi Bali dan Manado saja.
“Nah kenapa Pangkalpinang enggak jadi (tujuan wisata turis Tiongkok) yang ketiga saja?” kata pria yang juga Staf Ahli Menkop UKM ini. Menurut Hermawan, modal Pangkalpinang untuk menarik para turis Tiongkok sudah cukup banyak.
Pangkalpinang dikelilingi pantai dengan pemandangan yang indah dan budaya Tiongkok yang kental. Hanya saja pengemasannya yang masih kurang. Dia tampak kaget saat mengetahui mayoritas pemandu wisata di Pangkalpinang mahir berbahasa Khek, yang merupakan bagian dari bahasa Mandarin.
“Ini (Pangkalpinang) lebih siap dari Bali. (Pemandu wisata) Bali setengah mati belajar bahasa Mandarin. (Pemandu wisata) Di Pangkalpinang mereka lancar bahasa Khek. Tinggal ditambah Mandarin saja, karena itu bahasa nasional mereka,” sarannya. (ags)