Anggaran 300 Miliar untuk Garap 15 Ribu Hektar Lahan di Babel

MENDO BARAT, LASPELA—  Program  Nawa Cita yang digaungkan di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla saat ini dimana salah satunya meningkatkan ketahanan pangan nasional, dinilai sejalan dengan visi Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dengan menjadikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan setelah sektor pariwisata.

Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Rustam Effendi menegaskan, “Pelaksanaan Acara Temu Lapang dan Temu Wicara dapat dijadikan momentum dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan yang diharapkan bersama,” ungkap Rustam Effendi ketika menghadiri sekaligus membuka acara tersebut dengan penyuluh dan kelompok-kelompok tani se-Provinsi Babel di Desa Kemuja, Sabtu (30/07/2016) lalu.

Dijelaskan Rustam, saat ini 47,35 %  Penduduk Babel masih dikategorikan  memiliki ketahanan pangan cukup baik. Namun, 36, 65 % diantaranya  rawan pangan, serta selebihnya masuk kategori sangat rawan pangan.

Menurut dia, Babel  memiliki 15 ribu hektar lahan yang bisa dimanfaatkan untuk bertani. Sejauh ini, beber Rustam, sudah 7.800 hektar lahan yang digarap se-Bangka Belitung, dan sepenuhnya menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Seluas 15 ribu hektar lahan ini akan kita garap seluruhnya dan diperkirakan  akan menggunakan  dana APBN sebesar  300 Milyar. Dana ini  bisa dimanfaatkan tidak hanya untuk peningkatan ketahanan pangan saja, namun juga bisa dimanfaatkan untuk sektor penunjang lainnya,” tegasnya.

Proyek Ketahanan Pangan Harus Jalan

Mengakhiri sambutannya, Rustam berharap adanya  koordinasi yang baik dengan pemerintah pusat dalam upaya peningkatan ketahanan pangan di Babel.

“Saya akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk dapat segera kucurkan Dana Alokasi Khusus (DAK), dan juga kita akan segera meminta kepada pemerintah untuk bisa segera menjalankan proyek ketahanan pangan  di Babel,” tuturnya menjanjikan.

Dalam kesempatan yang sama, kepala Bakorluh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Hibson Effendi mengatakan, pelaksanaan temu lapang dan temu wicara merupakan kegiatan rutin yang dilakukan Bakorluh untuk mempertemukan para petani dan penyuluh dengan kepala daerah guna mencari solus atas kendala yang dihadapi di lapangan.

Dijelaskan  Hibson,  sistem penanaman padi sawah yang dilaksanakan di desa Kemuja menggunakan sitem tanam tugal atau benih, yakni  tanam sawah di lahan kering, hal ini dikarenakan lahan yang ada tidak memiliki sistem pengairan atau irigasi.
“kita harapkan ke depan bendungan irigasi bisa segera dibangun sehingga bisa nanti menggunakan sistem tanam sawah seperti biasa yakni menggunakan irigasi,” imbuhnya.

Hipson menyebut, sedikitnya terdapat 308 hektar lahan di Desa Kemuja yang bisa dimanfaatkan, namun saat ini baru 100 hektar saja yang dimanfaatkan. (ar/rill)