LASPELA – Mau liburan akhir pekan antimainstream di Bangka, coba mampir ke Pulau Pongok. Pulau ini punya pantai cantik yang masih sepi, namanya Batu Tambun.
Dari dulu, Pulau Pongok di Kabupaten Bangka Selatan memang terkenal akan hasil lautnya yang melimpah. Ikan-ikan dan beragam jenis hewan laut lain dengan mudah bisa didapati di daerah ini.
Maklum saja, laut di sini memang masih terjaga dengan sempurna. Terumbu karang misalnya, dengan mata telanjang sekalipun bisa disaksikan dengan terang dari atas kapal yang hendak menepi atau meninggalkan pulau itu. Selain itu, ternyata Pulau Pongok juga punya keindahan lain berupa pantai yang tak kalah alami. Pantai Batu Tambun namanya.
Pantai Batu Tambun terletak di sisi timur Pulau Pongok, atau sekitar 8 kilometer dari pusat desa. Sebagaimana namanya, di pantai ini memang begitu banyak batu granit khas Pulau Bangka, dari ujung pantai satu ke ujung pantai yang satunya lagi.
Tambun dalam bahasa lokal artinya adalah banyak, sehingga Batu Tambun berarti batu yang jumlahnya banyak. Betapa tidak, di pantai yang menghadap langsung ke perairan Selat Gaspar (selat yang memisahkan antara Pulau Bangka dan Pulau Belitung) ini, memang terhampar begitu banyak batu bak sengaja dihamburkan begitu saja oleh entah siapa.
Manakala mengunjungi Pulau Pongok beberapa waktu yang lalu, saya pun mendatangi pantai yang menurut penuturan orang-orang yang pernah ke sana punya air laut yang sangat bening.
Cocok untuk berendam sehabis beraktivitas, begitu cerita mereka. Itu sebabnya, setelah Pak Ibrahim selesai mengisi sebuah acara di SDN 1 Kepulauan Pongok, kami pun memutuskan untuk mengisi sisa waktu sore itu untuk pergi ke Pantai Batu Tambun.
“Siapkan celana pendek, kita akan mandi di pantai,” begitu celoteh Pak Ibrahim di sela-sela persiapan kami seraya menunggu sebuah mobil dengan bak terbuka yang akan membawa menuju tepi pantai.
Mula-mula, jalan yang kami lewati adalah jalan yang sudah dilapisi dengan aspal sekalipun tidak selebar dan semulus jalan-jalan berlapis aspal yang ada di Pulau Bangka pada umumnya.
Beberapa kilometer menjelang bibir pantai, aspal yang legam berganti dengan jalan yang hanya dilapisi oleh tanah merah saja. Sekalipun demikian, jalan ini tetap nyaman dilewati, hampir tidak ada gejolak sama sekali sekalipun kami berada di atas sebuah mobil pick up dengan bak terbuka.
Lima menit kemudian, kami tiba di tepi Pantai Batu Tambun. Tulisan ‘Wisata Pantai Batu Tambun’ yang dibuat oleh mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi negeri di Bangka, menyambut kedatangan kami menjelang petang itu. Suara gelombang pasang terdengar sampai ke dasar telinga.
Ya, sore menjelang petang itu air laut di Pantai Batu Tambun memang sedang pasang, hingga menutup sebagian besar bibir pantai yang seharusnya terhampar luas.
Sementara kawan-kawan lain langsung menceburkan diri ke dalam laut, saya sendiri langsung berjalan-jalan menelusuri Pantai Batu Tambun hingga ke bagian paling ujung. Ya, sebagaimana namanya, pantai ini memang dibubuhi begitu banyak batu-batu.
Sumber : detiktravel