MANGGAR, LASPELA–Karena stock ayam terbatas, pedagang daging ayam di sejumlah pasar Kabupaten Belitung Timur (Beltim) memilih tidak berjualan. Akibatnya menjelang Bulan Ramadhan 1437 Hijiriah, harga daging ayam di Beltimpun meroket.Tak tahan dengan kondisi seperti ini, para Ibu Rumah Tangga di Beltim sangat berharap harga daging ayam kembali normal.
Salah seorang ibu rumah tangga di kecamatan Manggar, Santi (45) mengaku kaget saat membeli daging ayam yang harganya mencapai angka Rp.45 ribu/kg, padahal sebelumnya hanya Rp.30 ribu/kg di pasar Lipat Kajang.
“hanya dalam kurun waktu dua minggu, harga daging ayam sudah melejit naik. Terus terang, kami sangat kaget. Apalagi saat ini sudah memasuki bulan ramadhan, biasanya kami membeli ayam cukup banyak untuk lauk makan saat sahur,”kata Santi kepada LASPELA, Minggu(05/06/2016).
Menurut Santi, Daging ayam merupakan salah satu komodity lauk pauk yang sering di konsumsi masyarakat Beltim, termasuk keluarganya. Alasannya sering mengkonsumsi ayam sebagai lauk, karena harga Daging ayam terjangkau, mudah didapatkan serta bergizi tinggi.
“kami sangat berharap harga daging ayam kembali normal,” harap Santi.
Sementara itu, Pantauan Tim Monev Harga Kebutuhan Pokok Pemkab Beltim, di Pasar Lipat Kajang Manggar, Pasar Laskar Pelangi Gantung dan Pasar Kelapa Kampit pada Kamis (02/06/2016) kemarin mendapati beberapa kios/ plank pedagang ayam tutup atau tidak berjualan. Di Pasar Lipat Kajang misalnya, dari 15 plank yang biasa berjualan, hanya 7 yang masih melayani pembeli.
Harga per kilo daging ayam berkisar diantara Rp 42.000/kg hingga Rp 45.000/kg. Harga ini sudah naik sejak dua minggu yang lalu, disebabkan berkurangnya stok daging ayam. Normalnya harga per kilogram sebelumnya hanya Rp 30.000/kg hingga Rp 35.000/ kg.
Salah seorang pedagang daging ayam di Pasar Lipat Kajang, H. Masyudin (61) mengungkapkan bahwa berkurangnya stok daging ayam dipasaran karena melimpahnya stock gading ayam beberapa bulan lalu, sehingga membuat jatuhnya harga daging ayam. Akibat melimpahnya stock daging ayam saat itu, membuat peternak ayam mengurangi jumlah ternak ayamnya.
“Setelah stock melimpah kemarin habis, diikuti angka konsumsi daging ayam terus meningkat menjelang Ramdhan membuat harga jualpun tembus angka Rp 45.000/kg. Kawan-kawan pedagang daging ayam lainnya juga banyak tidak berjualan, karena tidak mendapatkan daging ayam dari perternak. Mau bilang apa, jumlah ayam di peternak memang sedikit atau terbatas. Kamipun harus cepat membelinya kepeternak, kalau lambat tidak kebagian,” ungkap Masyudin.
Stock Ayam Terbatas, Harganya Meroket
Menurut Pak Din, panggilan akrab H. Masyudin, stok daging ayam seluruhnya dipasok dari peternak di Kabupaten Beltim. Saat ini untuk satu ekor ayam yang belum diolah, pedagang berani membeli dengan harga Rp 29.000/kg. Sedangkan untuk mengambil dari peternak yang ada di Kabupaten Belitung sudah mencapai Rp 31.000/kg.
“Mudah-mudahan nanti turun sebelum lebaran, cuman tergantung stok. Sekarang ini pasar juga sedang sepi, kita kasihan sama pembeli. Ekonomi sedang lesu, cuman mau diturunkan kasihan peternak,” kata Pak Din.
Saat ditanya apakah ada kemungkinan ‘mafia’ daging ayam yang bermain, Ia langsung membatah. Ia menyatakan ini murni karena pengaruh stok bukan karena ada yang bermain.
Peternak Takut Rugi Pelihara Ayam Jumlah Besar
Sementara itu, salah seorang peternak ayam di Kabupaten Beltim, Wahyu (54) kepada Tim Monev HargaKebutuhan Pokok, Jum’at (03/06/2016) mengatakan berkurangnya stok ayam di Kabupaten Beltim diakibatkan karena banyak peternak enggan untuk memelihara ayam dalam jumlah besar. Keengganan itu terjadi karena peternak sering rugi gara-gara fluktuasi harga daging yang sering berada di level rendah.
“Di kandang saya juga habis itu. Kita peternak memang selama ini tidak pernah memiliki posisi tawar terhadap harga, semuanya ditentukan oleh pasar. Kayak beberapa bulan lalu, harga daging sampai Rp 16.000 per kilo, sedangkan harga bibit ayam dengan pakannya naik. Rugi kita, abis modal,” keluh Wahyu.
Ke depannya, Ia berharap pemerintah melalui dinas terkait akan dapat memberikan perhatian terhadap peternak ayam. Perhatian ini bisa berupa pemberian informasi oleh penyuluh ternak, bantuan pinjaman modal, ataupun kepastian harga pasar untuk melindungi peternak.
“Yah kita dari peternak dak banyak-banyak mintanya. Tolong sekali-sekali penyuluh itu turun, biar kami dapat pengetahuan. Terus juga bantuan pinjaman modal, soalnya kita kadang udah rendah harganya, bayarnya juga sampai satu bulan. Kan dak bisa putar modal,” ungkap Wahyu yang sudah 7 tahun beternak ayam pedaging. (Rel/ron)