JAKARTA, LASPELA– Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menerima Menlu Norwegia Borge Brende. Isu lingkungan dan hak asasi manusia (HAM) menjadi pembahasan utama dalam pertemuan tersebut. Menlu Retno menyebutkan, ada perkembangan kerja sama di tiga area. Perkembangan itu termasuk perdagangan dan investasi, maritim dan perikanan,serta lingkungan.
Pada perdagangan dan investasi, ada peningkatan dalam nilai perdagangan yang hampir mencapai USD300 juta pada 2015, dan masih ada ruang untuk mengembangkan perdagangan bilateral. “Kami mendorong investasi Norwegia untuk datang ke Indonesia, termasuk proyek maritim dan infrastruktur di Indonesia,” ujar Menlu Retno, di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (30/5/2016) kemarin.
“Kami juga menekankan kembali komitmen kami memperkuat kerja sama REDD+. Kami mendorong agar potensi kebakaran hutan dan emisi gas dapat berkurang dengan adanya kerja sama yang baik dalam konteks REDD+,” lanjutnya.
Sementara dalam bidang maritim dan perikanan, kedua menlu terus memperkuat kerja sama dalam bidang maritim, termasuk memberantas IUU Fishing dan pembangunan kapasitas dalam perikanan dan budidaya ikan. Menteri Brende juga bertemu secara terpisah dengan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup dan Menteri Perikanan dan Kelautan.
Kedua Menlu juga membahas perkembangan diskusi mengenai bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik yang sekarang sudah mencapai tahap sangat akhir dari diskusi. “Jadi semoga tahap finalisasi dapat terjadi dalam waktu dekat,” pungkas Menlu Retno.
Selain isu bilateral, Menlu Retno dan Menlu Brende juga membahas masalah regional dan global. Menlu menghargai Norwegia ingin memperkuat kerja sama dengan ASEAN.
Tidak hanya itu, kedua menlu juga membahas situasi di Timur Tengah dan kami sepakat bahwa perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah sangat penting bagi perdamaian dan stabilitas global.
Kolaborasi dalam UN 70 dan pendanaan pendidikan turut menjadi diskusi. “Kami juga akan bertemu lagi di Paris Jumat nanti untuk mengikuti Konferensi Perdamaian yang diadakan oleh Prancis,” tutur Menlu.
Sementara Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menambahkan, Norwegia merupakan negara pertama yang mengutarakan reformasi PBB. Tetapi reformasi ini dilakukan untuk keseluruhan badan PBB. “Reformasi yang diajukan oleh Norwegia ini lebih pada kesekretariatan, bukan di tubuh Dewan Keamanan PBB,” tutur Arrmanatha.
Sementara mengenai dialog HAM ke-12 yang diadakan antara Indonesia dan Norwegia, ditujukan untuk membangun saling pengertian mengenai HAM dari kedua negara. “HAM itu universal, tapi ada perspektif beda-beda. Jadi tujuannya saling mengerti, promosikan pandangan HAM langkah-langkah perbaikan HAM baik di sini (Indonesia) maupun di sana (Norwegia),” imbuh Arrmanatha.
Menlu Borge Brende menegaskan bahwa kerja sama antara kedua negara semakin kuat dan luas. Salah satu bentuk kerja sama adalah di sektor bisnis dan investasi.
Selama ini, Norwegia dianggap sebagai mitra dagang Indonesia yang berada di peringkat kedua untuk negara-negara Nordik dan ke–12 di Eropa. Nilai perdagangan bilateral sepanjang 2015 mencapai USD291,9 juta meningkat dari 2014, yang mencapai USD278,2 juta.
Adapun ekspor utama Indonesia ke Norwegia antara lain Pakaian, furnitur, alas kaki, peralatan listrik, kopi, teh, coklat. Sementara impor Utama Indonesia dari Norwegia adalah bahan kimia, mesin industri, peralatan listrik, ikan dan produk laut.
Sedangkan nilai investasi langsung (FDI) Norwegia pada 2015 tercatat 13 proyek senilai USD1,8 Juta di bidang aquaculture, industri kimia dasar dan energi terbarukan.
“Kedua negara memiliki kerja sama yang hebat di bidang maritim, sumber daya alam laut. Selain itu ada juga dialog HAM hari yang berkesempatan untuk diskusi isu-isu seperti Islam dan demokrasi, kebebasan berbicara,” ungkap Menlu Brende.
Tidak lupa Menlu Brende menyebutkan kerja sama dengan Indonesia sebagai bagian ASEAN. Dia juga menyebut kerja sama dalam UN 70 demi memastikan mengatasi tantangan-tantangan global.
Sumber: http://internasional.metrotvnews.com/asia/gNQY0BaN-lingkungan-ham-isu-utama-dalam-hubungan-ri-norwegia