MUNTOK, LASPELA— Berupaya menjaga eksistensi Muntok White Paper di manca negara, Wakil Bupati Bangka Barat(Babar), Markus gandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mencegah sebaran penyakit kuning pada tanaman lada di Babar.
“Kalau tidak ada halangan, dalam waktu dekat kita akan lakukan kerja sama dengan pihak IPB untuk melakukan penelitian mencari formula pencegahan penyakit kuning pada lada,”kata Markus kepada LASPELA, Senin(02/05/2016).
Ia mengaku sudah mendatangi IPB, responnya positif. Sebelum melakukan kerjasama tersebut, nantinya pihak IPB terlebih dahulu akan megunjungi beberapa titik perkebunan lada yang ada di Babar. Perkebunan yang dikunjungi merupakan objek penelitian yang akan dilakukan IPB kedepannya.
“Selama di Babar, kami melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah(Bappeda) Babar akan mendampingi kegiatan penelitian IPB tersebut,”ungkap Markus.
Menurut Markus, ide dan rencana kerjasama dengan IPB tersebut berawal dari banyaknya keluhan petani lada menyebut akhir-akhir ini lada mereka mati akibat serangan penyakit kuning. Mereka bingung cara menanggulanginya seperti apa, karena jika telah mendapat serangan penyakit kuning maka lada-lada tersebut segera mati.
“Sampai saat ini, masih belum ditemukan solusi pencegahan ataupun pembasmi penyakit kuning pada tanaman lada di lingkungan petani,”kata Markus.
Guna mengurangi keluhan warga Babar tersebut, Markus berharap ada sinergiritas yang baik setiap masing-masing pihak berkaitan dengan perkebunan lada. Baik itu internal Pemkab Babar itu sendiri atau lintas sektoral, maupun lembaga eksternal berkaitan dengan pengawasan maupun pembinaan terhadap perkebunan secara luas dan khususnya menangani masalah lada.
“Masyarakat juga jangan sungkan memberikan masukan kepada Pemkab Babar terkait pembasmian hama ataupun penyakit terhadap tanaman lada, silakan sampaikan semua keluhan mengenai lada,”katanya.
Terkait anggaran untuk merealisasikan program penanganan penyakit kuning pada lada. Markus mengakui bahwa kegiatan kerjasama dengan IPB akan sedikit terhambat, jika tidak segera dianggarkan oleh instansi terkait melalui Anggaran Biaya Tambahan(ABT) tahun 2016.
“kalau mau serius menangani kasus sebaran penyakit kuning lada, pihak terkait harus segera menganggarkan kegiatan penelitian yang melibatkan IPB ini. Perlu di pahami, penanganan penyakit kuning ini lamban karena selama ini kita hanya fokus memprogramkan penanaman lada, tapi tidak memikirkan bagaimana solusi pencegahan penyakitnya,”ungkapnya panjang lebar.
Markus menceritakan bahwa lada asal Negeri Sejiran Setason telah mendunia hingga memiliki brand tersendiri, yakni Muntok White Paper atau lada putih muntok. Lada asal muntok memiliki karakter rasa dan aroma tersendiri dibandingkan dengan lada-lada lainnya di dunia. Lada muntok memiliki aroma yang sangat tajam, lalu citra rasa pedasnya khas di lidah.
“Kalau orang luar Negeri mencium aroma lada Babar, sangking tajam baunya sampai-sampai mereka ‘bersin’. Begitupun dengan rasa pedasnya, lebih pedas dari lada lain,”cerita Markus.
Keunggulan inilah, kata Markus harus terjaga eksistensinya di manca negara. Masyarakat Babarpun diminta berpartisipasi untuk terus membudidayakan tanaman lada, bersama meningkatkan angka produksi lada setiap tahunnya.
“Kita patut berbangga hati, karena lada kita telah di kenal dunia dan menjadi pilihan nomor satu karena kualitasnya sangat baik,”kata Markus.
Lanjut Markus, selain sudah mendunia, hingga sekarang lada yang merupakan salah satu jenis rempah-rempahan yang terus di lirik berbagai warga belahan negara ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi penghasilan petani dengan harga tembus angka Rp.150 ribu/kg.
“Agar semua berjalan sesuai harapan bersama. Kami Pemkab Babar akan mendukung upaya peningkatan hasil produksi lada petani melalui program perluasan perkebunan lada, termasuk memberikan penyuluhan secara rutin kepada petani lada terkait cara penanaman lada yang baik hingga pembasmian penyakit kuning pada lada itu sendiri,”pungkas Markus. (ron)