KEPULAUAN BANGKA BELITUNG merupakan provinsi yang sangat istimewa. Banyak keindahan alam yang penuh pesona terhampar di setiap kota, kabupaten, bahkan di tingkat kecamatan. Tradisi, adat istiadat serta budaya khasnya menambah takjub siapa saja yang menjelajahinya.. Keunggulan itu menjadi modal utama Babel berani berkompetisi dengan kota-kota wisata di berbagai provinsi.
Sebelumnya, masyarakat memang bertumpu pada hasil tambang timah. Namun akhir -akhir ini telah terjadi degradasi alam yang sangat memprihatinkan sebagai dampak eksploitasi timah yang terlalu berlebihan. Sudah saatnya masyarakat tidak lagi mengandalkan timah sebagai basis utama perekonomian masyarakat. Pariwisata berbasis masyarakat menjadi primadona ekonomi alternatif utama.
Pariwisata berbasis masyarakat merupakan konsep mengembangkan potensi alam, budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat, yang didukung dan dijalankan oleh masyarakat sehingga sedikit demi sedikit akan tercipta suatu kreativitas sehingga kedepannya mengembangkan pariwisata sudah mendarah daging dalam masyarakat. Tentunya, hal ini tak terlepas dari campur tangan pemerintah daerah untuk mendukung konsep pembangunan dan perekonomian dengan menempatkan pariwisata sebagai kekuatan utama.
Pengembangan pariwisata tentunya tidak selalu berkiblat pada modernisasi. Tradisi dan nilai serta pemikiran yang mengarah pada negara negara barat keuntungan pariwisata nya hanya oleh kaum kapitalis dan para pemilik modal besar. Justru masyarakatnya tidak mendapat keuntungan dan tidak pula di berdayakan dalam pengembangan pariwisata tersebut.
Pengembangan pariwisata Babel sejatinya adalah dengan tetap mempertahankan kearifan lokal yang ada tanpa tergerus sedikit pun oleh konsep pariwisata dengan gaya kebarat-baratan. Dengan terciptanya kearifan lokal pariwisata Babel yang memiliki banyak budaya nantinya akan terbentuk wisata khas pariwisata Babel yang tidak dapat dijumpai di kota manapun.
\Pada konsep pengembangan pariwisata berbasis kearifan lokal ini masyarakat ikut andil dan menjadi ujung tombak pelaku pariwisata. Namun, ketika kita sudah masuk dalam industri pariwisata tentunya harus dikelola secara bijak dan arif. Hal ini juga dijelaskan oleh salah satu teoritikus sosial yaitu Horkeimer dan Adorno dalam diskusinya mengenai industrialisasi pariwisata dan kebudayaan.
Jika kita tidak bisa mempertahankan kebudayaan serta pariwisata berbasis kearifan lokal maka lama kelamaan pariwisata Babel akan dimanfaatkan oleh kaum kapitalis dan pemodal untuk mengeruk keuntungan, Jangan sampai kondisi pariwisata Babel mengalami komersialisasi budaya serta tradisi yang ada. Hal ini juga dikatakan oleh Habermas seorang teoritikus sosial yang mengatakan ketika hasrat manusia muncul untuk menguasai alam maka dibuatlah teknologi untuk membebaskan manusia dari alam. Akan tetapi justru hal itu lah yang akan membuat manusia terkekang dan didominasi.
Pengembangan pariwisata juga tidak terlepas dari teknologi. Diharapkan teknologi tidak menjadi suatu item pendukung terbesar sehingga masyarakat tidak memiliki kekuatan lagi untuk menjalankan pariwisata. Masyarakat juga tidak boleh menjadi terasing atas produksi pariwisata yang mereka hasilkan. Masyarakat harus menikmati juga produksi pariwisata yang mereka ciptakan. Oleh karena itu, bentuklah kesadaran sedini mungkin dimana kita semua adalah pelaku perubahan untuk potensi pariwisata Bangka Belitung pasca timah. (*)