- Wisata “Little Amazone” Baturusa
LASPELA — PARA DATUK DATIN Negeri Serumpun Sebalai yang tergabung dalam PEKA WhatApss Group dan para praktisi wisata menyibak ketenangan Sungai Baturusa, Sabtu, 7 Maret 2016. Emron Pangkapi, Pejuang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Ketua DPRD Pertama Babel dan Politisi Terkemuka Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang juga Komisaris PT Timah Tbk memimpin ekspedisi sadar wisata sungai itu.
Dua kapal kayu dan dua kapal patroli milik PT Timah dan PT DAK itu mengangkut sedikitnya 50 peserta yang sudah berdatangan ke dermaga Jembatan Ketapang Pangkal Balam sejak pukul 6.00 pagi. Sambil menunggu peserta lainnya, panitia menyiapkan sarapan menu Burjo, lakso dan pantiaw.
Perahu lalu bertolak ke arah muara meninjau jembatan Buka Tangkup yang menjadi salah satu ikon kota Pangkalpinang, ibukota Provinsi Babel. Perjalanan dilanjutkan menuju hulu Sungai Selindung,melewati Kerabut (jerambah gantung) dan tiba di lokasi kramat yang dikenal dengan nama Seluman Baye. Perjalanan dilanjutkan melewati hutan bakau di tepi sungai sampai tiba di kawasan Jade.
Tim Ekspedisi naik ke darat dan menemph perjakanan 1 km untuk berziarah ke Makam Depati Bahrin, pejuang Bangka. Salah satu pejuang semasa penjajahan Belanda itu wafat pada tahun 1848.
Akhir perjalanan peserta diterima oleh Dirut PT DAK, Moh Rizki Sungai Selindung yang sejak awal ekspedisi juga sudah mengawal peserta. Setelah jamuan sore peserta kembali ke pintu air Jembatan Ketapang tempat mengawali kegiatan
Yo Berwisata Bahari!
“Bangka Belitung merupakan provinsi yang bernomenklatur Kepulauan yang dianugerahi potensi wisata bahari dan sungai yang memesona dan menakjubkan. Wisata sungai ini merupakan upaya memperkaya jenis wisata di Bangka Belitung sehingga memperlama wisatawan tinggal di Babel,” ungkap Emron Pangkapi dalam keceriaannya tanpa merasa lelah.
Ia melanjutkan, “Sejak awal pemerintahannya Jokowi mencanangkan wisata bahari. Ayo kembangkan wisata sungai di Babel menjadi Little Amazon Tourism. Ekspedisi sadar wisata susur Sungai Baturusa ini titik awal yang seyogyanya diteruskan oleh stakesholder pariwisata” kata Emron saat melintasi Sungai Selindung.
Turut melakukan ekspedisi sadar wisata antara lain, Mantan Bupati Yusroni Yazid, Tokoh Pemuda Johan Murod, Wirstsa, Isnawaty Hadi, San San Arya Lukman, Yaya, Dicky Sinoritha, General Manager PT Timah wilayah Babel.
Muara sungai di dikawasan jembatan Buka Tangkup, Ketapang, kata Emron, menjadii menjadi kawasan pusat pertumbuhan ekonomi baru bagi ibukota provinsi ini. Jembatan Buka-Tangkup atau buka-tutup yang mirip jembatan Ampera Palembang itu digagas dan dibangun oleh Gubernur Babel almarhum Eko Maulana dengan dana APBD.
Emron memaparkan, “Negara tetangga seperti Thailand, Vietnam dan Pilipina sudah lebih maju membuat program wisata sungai yang bisa memperpanjang lama tinggal kunjungan ke negaranya. Di Pulau Bobohol, Pilipina setiap harinya ribuan pengunjung datang untuk menikmati wisata sungai sambil menikmati kuliner. Bahkan di setiap pemberhentian kapal para wisatawan dihibur dengan tari-tarian lokal dengan keunikannya masing-masing,”
Emron ingin ada perubahan mental masyarakat Babel dalam mengoptimalkan wisata sungai yang selama ini belum dimanfaatkan dengan baik. Pulau Bangka banyak karakter sungai lainnya yang dapat dikembangkan seperti Sungai Mendu, Sungai Layang, Sungai Kotawaringin. Bahkan dengan wisata lewat sungai wisatawan akan merasakan pengalaman wisata sejarah ke kota kapur yang menjadi pusat sejarah Kerajaan Srwijaya.
Ia menegaskan, “Para pelaku pariwisata terutama biro perjalanan wisata agar mengeksplor perjalanan sungai ke pesisir barat Pulau Bangka, di sebuah dusun kecil yang bernama “Kotakapur”. Disinilah ditemukan prasasti pertama yang ditemukan mengenai Kerajaan Sriwijaya.”
SEJARAH BARU
Achmad Elvian Kepala Dinas Pariwisata dan Olahraga Kota Pangkalpinang sangat mengapresiasi ekspedisi sadar wisata sungai tersebut. Achmad Elvian yang juga budayawan Babel itu mengungkapkan, “Pulau Bangka memang sangat kaya kalau kita semua memperhatikan dan memperlakukan dengan adil.”
Memang, kata Elvian, namanya pulau Wangka yang berarti timah. “Tetapi kekayaannya bukan hanya timah. Cukuplah nenek moyang kita meninggalkan sejarah tentang timah. Sudah saatnya kita membuat sejarah baru tentang pulau kita dengan kekayaan lainnya. Man makes history” kata Elvian.
“Semua dan apa yang kita lakukan saat ini akan dicatat dalam sejarah dan akan dibaca oleh anak cucu kita. Eschatologi masa depan yang kita harapkan dari pulau ini adalah happy ending bukan tragedy ending.” harap Elvian. (kadinbabel/hilda/ags)